Bagian I
RENCANA
STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
A.
PENGERTIAN
Rencana Strategi (Renstra) Pembinaan dan
pengembangan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan garis-garis
besar pembinaan dan pengembangan dan perjuangan sebagai pernyataan kehendak
warga PMII yang pada hakekatnya adalah pola dasar dan umum program jangka
panjang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Renstra ini menjadi penting supaya
langkah PMII menjadi terarah, terpadu dan sustainable
(berkelanjutan) setiap kebijakan, program dan garis perjuangannya.
Renstra pembinaan dan pengembangan PMII merupakan
implementasi dari berbagai idea dalam ketentuan ideal konstituional dan
produk-produk historis serta analisis antisipatif dan prediksi PMII ke depan,
sebagai arah dalam rangkaian program-program yang menyeluruh, terarah dan
terpadu yang berlangsung secara terus menerus.
Rangkaian strategi dan program yang terus
menerus tersebut dimaksud untuk mewujudkan tujuan PMII seperti termaktub dalam
Anggaran Dasar Bab IV Pasal 4 yaitu : “Terbentuknya
pribadi muslim Indonesia berilmu yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.”
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuanrenstra pembinaan dan pengembangan organsiasi PMII adalah
untuk memberikan pedoman yang terarah dan pasti bagi pelaksanaan program PMII
dalam rangka mencapai tujuan.
Pencapaian tujuan PMII tersebut merupakan tanggung jawab bersama seluruh
warga pergerakan dan benar-benar dapat
terprogramkan secara menyeluruh dan terpadu serta berdaya guna dan
berhasil guna yang dilaksanakan secara menyeluruh..
Tahapan-tahapan pencapaian tujuan dimaksudkan untuk
mewujudkan suatu keadaan yang dingini atau ditargetkan serta merupakan landasan
bagi tahap selanjutnya, sehingga perspektif pencapaian tujuan selalu berada
dalam kesinambungan program yang membawa pada tercapainya tujuan dan cita-cita
PMII sebagaimana terdapat dalam Anggaran dasar PMII.
C. LANDASAN
Renstra pembinan dan pengembangan PMII disusun berlandaskan:
1. Landasan
Ideal : a. Islam Ahlussunnah wal Jamaah
b. Pancasila dan UUD 1945
c. Nilai-nilai Dasar Pergeraan (NDP)
2.
Struktural :
Anggaran Dasar Pasal 5 tentang Usaha PMII:
1. Menghimpun
dan membina mahasiswa Islam sesuai dengan asas dan tujuan PMII serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan asas, dan tujuan PMII
serta upaya perwujudan cita-cita kemerdekaan Indonesia dan Pasal 6 tentang
Paradigma Kritis Transformatif Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Landasan Historis : Produk dan Dokumen Historis Organisasi.
D. POKOK-POKOK
PENYUSUNAN RENSTRA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PMII
Untuk memberikan gambaran mengenai wujud masa depan
yang diinginkan, baik dalam setiap tahap maupun dalam jangka panjang, maka
Renstra PMII disusun dengan sistematika sebagai berikut:
- Renstra Umum Pembinaan dan
Pengembangan Perjuangan PMII
- Renstra Umum Program PMII Jangka
Panjang 2002-2020
E. PELAKSANAAN
Renstra pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII dan
Renstra umum program PMII jangka panjang 2002-2020 ditetapkan dan dikukuhkan
oleh Kongres yang berlaku sampai dengan tahun 2020.
Renstra umum prgoram PMII 2002-2010 yang merupakan
bagian dari Renstra Pembinan dan Pengembangan PMII dilaksanakan oleh PB PMII
terpilih yang opersionalsiasinya dituangkan dalam kebijaksanaan dan atau
peraturan yang dibuat oleh PB PMII yang terpilih.
Bagian II
RENCANA
STRATEGI UMUM
PEMBINAAN
DAN PENGEMBANGAN PMII
A.
PENGERTIAN
Pengertian
yang dipergunakan disini disusun atas dasar sasaran, kondisi subyek dan obyek
yang hendak dicapai:
Pembinaan dan Pengembangan
Pembinaan
dan pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal, informal maupun Nonformal
yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah, terpadu, etratur dan bertanggung
jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan
suatu kepribadian yang seimbang dan utuh, baik jasmaniah maupun rohaniah.
Pembinaan
dan pengembangan diarahkan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
keahlian serta membentuk sikap mental spiritual berakhlakul-karimah sesuai
dengan bakat dan minat serta kemamuan sebagai bekal untuk selanjutnya, atas
parakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangan dirinya, sesamanya
maupun lingkungan ke arah tercapainya tingkat letaqwaan yang tinggi serta
harkat, martabat dan kualitas pribadi yang optimal. Dari bekal yang dicapai melalui pembinaan dan pengembangan tersebut
merupakan jaminan gerak sistem perjuangan PMII dalm mencapai cita-citanya.
Kondisi dan
suasana lingkungan yang sehat
Renstra pengembangan dan perjuangan PMII, baik secara
individu maupun secara organisatoris memerlukan kondisi dan suasana lingkungan
yang sehat. Kondisi dan suasana lingkungan yang sehat tersebut dimaksudkan
untuk menumbukan kreatifitas mahasiswa dalam kemajuan dan kemodernan bangsa
sekaligus mata rantai persambungan kepemimpinan bangsa.
Kondisi dan suasana yang sehat dalam mencapai sasaran
tersebut, mutlak bermuatan kesetaraan atau egaliter, saling percaya,
menghargai, jujur dan adil, terbuka, bebas dan bertanggung jawab, menjamin
pemberlanjutan ekologis serta terbangunnya hubungan pergaulan budaya yang
dewasa dalam konteks bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Makna
Filosofi PMII
Makna
“Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk)
yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan bagi alam
sekitarnya.
Dalam
konteks individual/komunitas maupun organisatoris, kiprah PMII haruslah
senantiasa mencerminkan pergerakannya menuju kondisi yang lebih baik sebagai
perwujudan tanggung jawabnya memberi rahmat pada lingkungannya.
“Pergerakan”
dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk
membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan agar gerak
dinamuka menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian
“mahasiswa” yang tergandung dalam PMII adalah golongan generasi muda yang
menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri.
Identitas
diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan releigius, insan
dinamis, insan sosial dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut,
terpantul tanggung jawab keagamaan, tanggung jawab intelektual, tanggung jawab
sosial kemsayarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan
maupun sebagai waga bangsa dan negara.
Pengertian
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami
dengan haluan/paradigma Ahlussunnah Wal Jamaah yaitu konsep pendekatan terhadap
ajaran agama Islam secara proporsional antara Iman, Islam dan Ihsan yang di
dalam pola pikir, pola sikap dan pola prilakunya tecermin sifat-sifat selektif,
akomodatif, dan integratif.
Pengertain
‘Indonesia” yang terkandung didalam PMII adalah masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang mempunyai falsafah & ideologi bangsa (pancasila) serta UUD
45 dengan kesadaran kesatuan dan ketuhan bangsa dan negara yang terbentang dari
Sabang samapai Merauke yagn diikat dengan kesadaran wawasan nusantara.
Secara
totalistas PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan yang bertujuan
melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertyaqwa kepada Allah
SWT , dan atas dasar ketqwaan berkiprah mewujudkan peran ketuhananya membangun
masyarakat bangsa dan negara indonesia manuju suatu tatanan masyarakat yang
adil dan makmur dalam ampunan dan ridlo Allah SWT.
B. TUJUAN
Pola pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII di
tetapkan dengan tujuan:
- Sebagai panduan organisasi untuk
mencapai tujuan dan cita-cita PMII
- Sebagai sarana organisasi untuk
mengoprasionalisasikan nilai-nilai dasar pergerakan (NDP) yang
diimplementasikan dalam bentuk pola umum program jangka panjang PMII
(2002-2020) dan pola umum program PMII jangka pendek (program dua tahunan).
C. LANDASAN
Landasan bagi pembinaan pengembangan dan perjuangan
PMII adalah:
1. Ideal : a. Islam Ahlussunah Wal jama’ah
b. Pancasila dan UUD 1945
c. Nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP)
2.
Struktural : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga PMII
3. Historis : Produk dan Dokumen Historis
Organsiasi.
D. AZAS
Ketaqwaan
Setiap gerak dan usaha yang dilakukan untuk mencapai
cita-cita, dan tujuan organisasi dilandasi oleh kesadaran ketaqwaan dan
sekaligus meningkatkan kualitas ketaqwaan.
Keseluruhan
Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai cita-cita
organisasi pada dasarnya adalah usaha bersama seluruh warga PMII, yang dijiwai
dengan semangat kekeluargaan dan kebersamaan.
Manfaat
Bahwa setiap usaha dan kegaitan yang dikalukan oleh
pribadi maupun organisasi dalam lingkungan PMII haruslah bermanfat bagi alam
sekitaranya yang berarti meningkatkan kualitas peran organisasi dan peran diri
(kualitas diri) sebagai hamba Allah SWT.
Kemasyarakatan
Bahwa PMII merupakan bagian tak terpisahkan dari
masyarakat, setiap gerak dan usaha PMII haruslah berorientasi untuk
kemaslahatan masyarakat sebagai manifestasi tanggungjawab sebagai elemen civil society.
Kemahasiswaan
Bahwa PMII sebagai organisasi kemahasiswaan haruslah
berorientasi pada nilai-nilai obyektif, kritis, analitis dan bertanggungjawab
serta antisipatif terhadap masa depan masyarakat bangsa & negara perwujudan
mahasiswa sebagai calon intelektual dan pemimpin masa depan bangsa.
Independent
Bahwa setia gerak dan langkah PMII berdasarkan pada kemandirian
(independen) sebagai implementasi kesadaran beragama yang secara
individual harus mempertanggungjawabkan
segala gerak langkahnya dihadapan Allah.
Atas kesadaran kemandirian itu, sebagai individu/
komunitas maupun organisasi PMII berinteraksi dan berperan dalam konteks kemasyarakatan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku.
Profesional
Demi membuminya kader PMII dalam segala kegiatan
kehidupan dan menghadapi tantangan era globalisasi dan modernisasi, maka setiap
usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai cita-cita organisasi yang
dilakukan dengan kemampuan profesional kader. Dengan demikian proses organisasi
maupun kaderisasi di PMII diarahkan untuk mencetak kader professional.
Setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh PMII
secara organisator untuk tercapainya tujuan dan cita-cita maka harus dilakukan
dengan proses professional kader serta ditujukan untuk peningkatan mutu dan
kualitas kader.
E. MODAL DASAR DAN FAKTOR DOMINAN
Modal Dasar
Modal dasar PMII adalah:
1. PMII merupakan organisasi kemasyarakatan
pemuda yang eksistensinya dijamin oleh UUD 1945 dan karena itu menjadi aset
bangsa dalam melakukan proses pembinaan, dan pengembangan gernerasi muda
khsususnya mahasiswa.
2. NDP sebagai nilai prinsip ajaran
Islam Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan sumber motivasi dan inspirasi
pergerakan, sekaligus sebagai pendorong, penggerak dan landasan berpijak dalam
kehidupan pribadi insan PMII.
3. PMII sebagai organsasi mahasiswa
Islam mempunyai keterikatan dan tanggung jawab dengan seluruh masyarakat bangsa
Indonesia yang menganut sistem berfikir keagamaan, dan kemasyarakatan yang sama
yaitu ASWAJA dan system kebangsaan.
4. Peran kesejarahan PMII telah
menunjukkan kepeloporann dan patriotismenya dalam menegakkan dan membela agama.
Pancasila dan UUD 1945 dalam negara kesatuan republik Indonesia. Selain itu,
PMII sebagai elemen civil sociaty
telah terbukti perannya dalam melakukan pendampingan masyarakat, dalam usaha
melakukan proses demokratisasi di kalangan masyarakat dan sebagainya. Peran PMII
dalam setiap perubahan, terutama dalam menegakan reformasi secara total, dalam
segala lapis kehidupan kemasyarakatan.
5. Jumlah dan persebaran anggota PMII
yang berada diseluruh wilayah Indonesia sebagai sumber daya insani yang
potensial. Dengan kemapanan struktur organisasi dari tingkat pusat sampai
daerah, maka sosialisasi nilai dan gagasan serta kebijakan dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
6. Ketaqwaan kepada Allah SWT merupakan
acuan dasar dan sekaligus menjadi nspirasi bagi peningkatan kualitas diri
menuju kesempurnaan hidup manusia sebagai hamba Allah SWT.
7. Jumlah dan mulai tersebarnya profesi
alumni PMII merupakan bagian potensi bagi pengembangan organisasi dan
masyarakat.
8. Tipologi kader yang beragam warga
PMII merupakan modal utama dalam menyusun Renstra Gerakan PMII. Setidaknya, ada
lima tipologi dan kecenderungan warga PMII. Pertama,
intelektual baik akademik (scholar)
maupun organik (analis/praktisi). Kedua, gerakan massa (student mocement), baik yang menggunakan baju organisasi maupun
organ gerakan lainnya. Ketiga,
advokasi sosial baik yang intens dengan pendampingan sosial, maupun advokasi
wacana. Keempat, politisi baik
keterlibatan dalam panggung konstalasi politik, maupun persinggungan dengan
dunia politisi. Kelima, kecenderungan
profesional dan enterpreneur. Hanya
saja, persebaran tipologi kader ini tidak merata, sehingga cenderung ada
disparitas antara satu cabangd dengan lainnya.
Faktor
Dominan
Dalam mengerakkan dan memanfaatkan modal dasar untuk mencapai tujuan PMII
dengan landasan serta azas-azas diatas, perlu diperhatikan faktor-faktor
dominan berikut :
1. Ideologi
yang dianaut oleh PMII merupakan aspek
dominan dari organisasi PMII yang berisi pandangan hidup, cita-cita serta sistem nilai yang
memberikan arah terhadap tingkah laku dari setiap anggota PMII. PMII berakidah
Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan atas dasar akidah itulah PMII dengan penuh
kesadaran berideologi Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dabn bernegara di Indonesia. Akidah dan ideoligi terebut
merupakan faktor pendorong dan penggerak dalam proses pembinaan pengembangan
dan perjuangan organisasi sekaligus sebagai dasar berpijak dalam menghadapi
proses perubahan dan goncangan-goncangan di tengah-tengah masyarakat. Pandangan
terhadap wacana Islam yang inklusif dan paradigma kritis transformatif dalam
membangun masyarakat, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam diri PMII.
Pola pandangan keagamaan ini, merupakan faktor dominan yang dimiliki PMII dalam
rangka pengembangan mendatang.
2. Komunitas
Islam Ahlussunnah Waljamaah sebagai kelompok masyarakat terbesar Indonesia
merupakan wahana dan tempat pengabdian
yang jelas bagi PMII;
3. Jumlah
anggota PMII yang setiap tahunnya bertambah dengan kwantitas yang cukup besar merupakan
faktor strategis yang menentukan usha pembinaan generasi muda dalam proses
pelahiran kader bangsa; sekaligus menjadi pelanjut kepemimpinan organisasi.
4. Jumlah
Alumni yag setiap tahunnya bertambah, sejak berdirinya PMII tahun 1960 tersebut
tersebar diseluruh wilayah Indonesia dan bergerak dalam berbagai profesi dan
disiplin ilmu yang mengabdi pada agama, masyarakat dan negara.
5. Sumber dana
dan fasilitas yang tersebar diberbagai komunitas dan kelompok terutama ummat
Islam merupakan aset yang perlu dikoordinir, dikembangkan sebagai sumber dana
perjuangan. Oleh karena itu PMII harus mampu menjalin hubungan organisasi yang
saling brmanfaat dan memberikan nilai lebih antara keduanya yang pada akhirnya
PMII mempunyai sumber dana secara mandiri.
F. ARAH DAN
TUJUAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN DAN PERJUANGAN PMII
1. Arah
Arah
pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII difokuskan pada pengembangan diri
dan organisai yang meliki keselarasan dan keutuhan orientasi hidup:
1.
Taqwa kepada
Allah SWT adalah pengembangan sebagai insan yang berketuhanan, yang yakin akan
mempertanggungjawabkan totalitas kiprh dirinya kepada Allah SWT. Implementasi
ketaqwaan tersebut harus tercermin sebagai insan yang berbudi luhur, berilmu,
cakap serta bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya.
2.
Terhadap
diri sendiri, pembinaan dan pengaembangan sebagai manusia religius,
intelektualis dan profesionalis yang mampu mengembangkan potensi ketuhanan
(Ilahiyah) bakat dan minatnya agar dapat berperan dan perprestasi seoptimal
mungkin, dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Terhadap
lingkungan, dalam arti harus mampu memaniestasikan kekhalifahannya untuk
memberikan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan
lil alamin) sehingga kehadirannya dirasakan produktif bagi alam sekitarnya.
4.
Terhadap
masa depan, tumbuhnya kesadaran kesejarahan daengan memahami masa lalu, peka
dan kritis terhadap masa kini dan mampu membuat rencana dan proyeksi masa depan
yang gemilang baik dalam persfektif ukrowi maupun duniawi.
Kemampuan
membuat rencana dan proyeksi masa depan terebut akan menumbuhkan kesadaran bagi
kesinambungan nilai-nilai Islam Ahlussunnah Wal Jamaah dan nilai-nilai dasar
Pergerakan serta nilai-nilai luhur bangsa.
2. Tujuan
Tujuan
pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII diarahkan pada terbentuknya
pribadi dan kondisi organisasi yagn
dapat mencapai tujuan dan cita-cita PMII. Pribadi dan kondisi organisasi yagn
dimaksud adalah tercapainya suatu sikap dan perilaku:
1.
Terwujudnya
kader-kader penerus perjuangan PMII yang bertaqwa kepada Allah SWT, berpegang
teguh pada ajaran Islam Aswaja serta Pancasila dan UUD 1945 sebagai
satru-satunya ideologi dan pandangan hidup bangsa dan negara.
2.
Terwujudnya penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam Aswaja dan moral bangsa untuk memperkokoh alas pijak dalam
rangka menempuh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkembang cepat sebagai
akibat lajunya perkembangan IPTEK sert
arus globalisasi dan informasi.
3.
Tumbuh dan
berkembangnya kreatifitas, dinamika dan pola berfikir yang mencerminkan budaya
pergerakan, selektif, akomodatif, integratif dan konstruktif dalam menghadapi
dan menyelesaikan setiap permasalahan baik secara individu, organisasi dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
4.
Tumbuh dan
berkembangnya sikap dan orientasi kemasa depan, orientasi fungsi dan
produktifitas serta mengutamakan prestasi.
5.
Terciptanya
suatu organisasi sebagai suatu sistem yang sehat dan dinamis karena didukung
oleh nilai, aparat, sarana dan fasilitas serta teknik pengolahan yang memadai
sesuai dengan tuntutan PMII maupun tuntutan lingkungan yang senantiasa
berkembang.
6.
Terciptanya
suatu kehidupan organisasi yang dinamis, kritis dan cerdas dalam merebut
tanggungjawab dan peran sosial sebagai bentuk partisipasi dan pengamalan nyata
pergerakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga PMII
dapat benar-benar menjadi lembaga alternatif baik pada dimensi pemikiran maupun
kualitas kepemimpinan dan sumber daya manusia.
7.
Tumbuhnya
suatu situasi dan kondisi yang mencerminkan kekokohan PMII yang berpijak pada
nilai-nilai dan tradisi yang dimilikinya serta mampu mecari alternatif yang
paling mungkin dalam usaha untuk tidak trseret pada polarisasi dan opini yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakaat yang dapat merugikan perjuangan
mewujudkan cita-cita PMII.
8.
Tersedianya
kader-kader yang memadai baik secara kualitatif maupun kwantitatif sebagai
konsekwensi logis dari arah PMII sebagai organisasi pembinaan, pengembangan dan
perjuangan yang dikhidmatkan kepada agama, masyarakat, bangsa dan negara.
G. STRATEGI
Strategi
yang dimaksud disini adalah adanya suatu kondisi serta langkah-langkah yang mendasar,
konsistensi dan aplikatif yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan
dan cita-cita PMII
Dari
pemahaman strategi itulah maka untuk mencapai tujuan pembinaan pengembangan dan
perjuangan yang telah ditetpkan diperlukan strategi sebagai berikut:
1.
Iklim yang
mampu menciptakan suasana yang sehat, dinamis dan kompetitif yang selalu dibimbing dengan bingkai taqwa,
inteleqtuallitas dan profesionalitas sehingga mampu meningkatkabn kualitas
pemikiran dan prestasi, terbangunnya suasana kekeluargaan dalam menjalankan
tugas suci keorganisasian, kemasyarakatan dan kebangsaan.
2.
Kepemimpinan harus difahami sebgai amanat Allah yang
menempatkan setiap insan PMII sebagai Da’I untuk melakukan amar makruf nahi
munkar. Sehingga kepemimpinannya selalu tercermin sikap bertanggungjawab
melayani, berani, jujur, adil dan ikhlas; serta didalam menjalankan
kepemimpinannya selalu penuh dengan kedalaman rasa cinta, arif bijaksana,
terbuka dan demokratis.
3.
Untuk
mewujudkan suasana taqwa,
intelektualitas dan profesionalitas serta kepemimpinan sebagai amanat
Allah SWT diperlukan suatu gerakan dan mekanisme organisasi yang bertumpu pada
kekuatan dzikir dan fikir dalam setiap tata pikir, tata sikap dan tata perilaku
bsik secara indivudu maupun
organasatoris.
4.
Struktur dan
aparat organisasi yang tertata dengan baik sehingga dapat mewujudkan sistem dan
mekanisme organisasi yang efektif dan efesien, mamp mewadahi dinakima intern
organisasi serta mampu merespon dinamika dan perubahan ekternal.
5.
Produk dan peraturan-peraturan
organisasi yagn konsisten dan tegas menjadi panduan konsitutif , sehingga
tercipta auatu mekanisme organisasi yang teratur dan mempunyai kepastian hukum
dari tingkat pengurus besar sampai tingkat rayon.
6.
Pola
komunikasi yang dikembangkan adalah komunikasi individual dan kelembagan, yaitu
terciptanya komunikasi timbal balik dan berdulat serta mampu membedakan antara
hubungan individual dan hubungan kelembagan; baik kedalam maupun keluar.
7.
Pola
kaderisasi yang dikembangkan selaras dengan tuntutan perkembangan zaman kini
dan mendatang, sehingga terwujud pola pengembangan kader yang berkualitas,
mampu menjalankan fungsi kekhilafahan yang terejawantahkan dalam perilaku
keseharian, baik selaku kader bangsa maupun kader agama.
Bagian III
RENCANA DAN STRATEGI JANGKA PANJANG
2002 – 2020
Berdasarkan
pola dasar pembinaan, pengembangan dan perjuangan disusunlah pola umum program
jangka panjang yang meliputi jangka waktu 15 tahun sebagai upaya pengarahan
dala melaksanakan program-program riil menuju kualitas kader yang diinginkan
PMII.
A. PENDAHULUAN
Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia merupakan
salah satu eksponen pembaharu bangsa, hal tersebut telah terbukti dalam peran
kesejarahan bangsa masa lalu. Turut sertanya PMII secara aktif dalam
menggagalkan gerakan 30/S PKI dan menegakkan Orde Baru bersama-sama dengan
kekuatan politik lain dan peran serta
PMII dalam mengisi kemerdekaan sejak dimulainya era Orde Baru menunjukkan
betapa intennya keterlibatan PMII dalam proses pembangunan bangsa.
Proses
kesejarahan PMII seperti itu sejak
berdirinya hingga saat ini telah turut membentuk kader-kader PMII yang memilik
wawasan politik dan kebangsaan yang cukup luas da n mendalam yang dibarengi
dengan semangat keagamaan yang cukup insten. Format kader PMII seperti itu
cukup tepat dan telah berperan debrbgai lapisan kehidupan masyarakat sesuai de
gan tuntutan zaman.
Namun
demikian peran kesejarahan seperti itu tidak membuat PMII melupakan tuntuan
kualitas masa depan, dengan niat yang jujur dan I’tikad yang sungguh-sungguh
PMII terus melakukan kajian reflektif dalam membuat pola pembinaan,
pengembangan dan perjuangan yang tepat sehingga peran kemasa depan PMII menjadi
petensi yang strategis bagai kemajuan dan kekuatan bangsa dan masyarakat.
Perjalanan
dunia kemahasiswaan Indonesia telah mengalami perubahan yagn sangat mendasar.
Perubahan tersebut menuntut modifikasi format dan peran organisasi
kemahasiswaan, trmasuk PMII dalam melaksanakan program-programnya.
Memasuki
abad ke 21 ini, PMII dihadapkan pada dua fenomena mendasar dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kebengasaan. Fenomena pertama, adalah menguatnya tuntutan
otonomisasi di setiap wilayah. Tuntutan ini, merupakan bentuk anti-klimaks dari
menguatnya budaya sentralistis yang dipraktekkan pemerintah Orde Baru, selama
32 tahun. Implikasinya, muncul disparitas pola pikir, pendapatan dan kehidupan
sosial lainnya. Dalam konteks ini, muncul tuntutan otonomi di setiap daerah.
Fenomena ini, tentunya juga akan mempengaryhi proses rekrutmen, metode
pembinaan, dan pemberdayaan warga, dan pengembangan institusi PMII pada masa
yang akan datang.
Tuntutan
kedua adalah menguatnya tatanan global atau lazim disebut globalisasi. Antara
otonomi dan globalisasi ini pada satu sisi memang kelihatan antagonistik.
Otonomi menekan pada hak lokal, sementara globalisasi lebih menekankan aspek
global. Kepentingan lokal dan global, ini memang sering bertabrakan. Gejala
global di Indonesia makin menguat setelah ditandai dengan berbagai regulasi
negara, antara lain; AFTA (2002), NAFTA (2010) dan diterimanya Perdamaian dunia
(2020). Fenomena ini tentunya akan mengubah pola kehidupan dan konstruk sosial
masyarakat. Dalam konteks ini, PMII membutuhkan reorientasi pergerakan, supaya
mendapatkan respon dari masyarakat, dan warganya mampu untuk adapted dan mempunyai daya kompetitif.
Bersamaan
dengan perubahan itu, fase ini juga ditandai dengan fase berlangsungnya
transisi demokrasi di Indonesia. Transisi dari orde rezim otoriter, menuju fase
demokratis. Masa transisi ini ditandai beberapa hal, antara lain, rekonstruksi
puing-puing ekonomi, sosial, politik, dan segala bentuk masalah turunannya.
Masa terjal yang amat curam, pada fase transisi ini, merupakan proses yang
niscya yang harus dilalui oleh warga pergerakan. Karena itu, setiap program
yang dilakukan juga dalam konteks untuk mensukseskan dan “mengamankan” proses
transisi demokrasi ini.
Kecenderungan
seperti itu tampaknya akan terus menguat pada masa-masa akan datang. Atas
kesadaran dan antisipasi seperti itu maka PMII pada era 90-an kedepan bertekad
untuk memformulasikan dan mengaktualisasikan gerakan ekonomi dengan
tahapan-tahapan yang akan diuraikan kemudian.
Bersamaan
dengan perubahan-perubahan terebut telah terjadi juga kesadaran bahwa proses
pembangunan tidak dapat bergantung, semata-mata pada kekayaan sumber daya alam
yang dimilikinya tetapi justru sangat berantung pada kualitas sumber daya
manusia yang melaksanakanya. Berdasarkan seperti ini PMII mencoba untuk
melakukan proses rekayasa sumber daya manusia secara lebih intens, sistematis
dan idelis pragmatid sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional
Proses
aktifitas dan gerakan seperti itu tentu saja tetap dilandasi, disemangati dan
dimuarakan pada nilai nilai islam. Karena bagaimanapun nilai-nilai Islam merupakan
merupakan landasan sekaligus sumber inspirasi bagi PMII dalam mengaplikasikan
program-programnya. Bersamaan dengan itu PMII juga menyadari bahwa pemahaman
dan keislaman yang berlangsung dinegara kita telah mengalami perubahan mendasar
dari pemahaman yang bersifat formal menuju pemahaman dan gerakan yang lebih
substansial. Oleh karena itu PMII bertekad untuk terus melakukan pemahaman dan
gerakan, maupun pengalaman nilai-nilai Islam secara lebih substansial dalam
rangka menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dalam lindungan dan
keberkahan Allah SWT.
B. MASALAH POKOK YANG DIHADAPI
Yang
dimaksud dengan masalah pokok disini adalah segala susuatu yang dianggap,
diduga atau dirasa menjadi hambatan dalam mekanisme organisasi. Dengan
mengetahui masalah-masalah pokok PMII diharapkan terdapat gambaran yang jelas
mengenai langkah-langkah yang harus diambil dimasa yang akan datang.
1.
Nilai-Nilai Kepribadian Kader (NKK)
NKK
adalah nilai-nilai fundamental dari PMII yang merupakan pendorong dan penggerak
serta sekaligus sebagai alas pijak dalam kehidupan sehari-hari. Ketidak mampuan
merumuskan secara jelas aspek-aspek fundamental ini, organisasi dapat
kehilangan dasar pijakan dan sumber motovasi serta arah dan tujuan selanjutnya
akan kehilangan kekuatan dalam menghadapi tantangan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. NKK ini pada dasarnya adalah nilai-nilai dan prinsip Aswaja
itu sendiri, tetapi dalam bentuk yang sederhana perwujudannya yang aktual dan
tidak lepas dari sifat, azas dan tujuan PMII. Perlunya NKK ini ssetidaknya
didasarkan pada tiga asumsi:
1. Bahwa
ajaran-ajaran Islam belum sepenuhnya membudaya dalam kehidupan sehari –hari,
belum menjadi dasar berpijak, motivasi, arah perjuangan dan pola tingakh laku
sehari-hari dalam kehidupan organisasi.
2. Bahwa PMII
sesuai dengan dinamika yang dimilikinya akan terus berkembang dan perkembangan
ini akan membawa perubahan dalam tata nilai
3. Bahwa
melalui analisa sosiologis dan berdasarkan pengalaman dalam kehidupan
keagamaan, nilai-nilai ajaran Aswaja kontekstual dengan tatanan nilai kehidupan
sosiologis masyarakat Indonesia. Paling tidak nilai-nilai Aswaja memiliki
spirit untuk memanfaatkan dan mendayagunakan kondisi keberagaman dan
kemasyarakatn Indonesia
2. Kepemimpinan Dan Kaderisasi
Sangat
dirasakan kekurangan pimpinan dalam PMII, baik secara kualitatif pada berbagai
eselon oraniasi maupun kuantitatif yang tercermin pada ketidakseimbangan antara
mekanisme rutin organisasi (komprensi)
guna terjadinya regenerasi dengan tersedianya calon-calon pemimpin atau penerus
organisasi. Kekurngan ini telah menimbulkan hambatan organisasi dalam siklus
kepemimpinan yang sehat dan berkwalitas. Sedangkan kebutuhan kualitatif,
seperti pemimpin yang bersifat terbuka, demokrasi, mempunyai sikap ketauladan
dan berorientasi pada kemahasiswaan, kemasyarakatan, kekeluargaan dan
kemandirian masih harus terus dikembangkan.
3.
Aparat Dan Struktur Organisasi
Aparat
organisasi terutama struktur organisasi yang berupa majlis pembina sampai
Komisariat/Rayon dan lembaga-lembaga komisariat/rayon belum berfungsi maksimal
sebagaimana mestinya, karena belum bisa menyesuaikan kondisi lokal.
4.
Sumber-Sumber
Yang
dimaksud disini adalah manusia dan material. Dilihat dari potensi-potensi
manusia PMII, persoalanya terletak pada bagaimana meningkatkan kualitas etos
dan profesionalisme PMII itu sehinga potensi yang besar menjadi berdayaguna
bagi pergerakan.
Mengenai
aspek material dewasa ini sangat dirasakan, lebih – lebih dimasa mendatang,
bahwa pergerakan sebagai organisasi ternyata tidak cukup dengan mengandalkan
pada semangat idealisme atau apa yagn disebut keihlasan, betul-betul perlu
ditunjang oleh dan fasilitas yang memadai. Ketidakcekatan menggali suber-sumber
dana dan fasilitas akan mengakibatkan hambatan-hambatan yang serius terhaap
pelaksanaan program-program yang telah ditetapkan.
5.
Program
Secara
operasional, selama ini program yang ditetapkan PMII pada berbagai level dan
jenjang organisasi kurang berkesenambungan antara periode yang satu dengan berikutnya.
Progrram umum keputusan kongres yang dijabarkan oleh pengurus besar secara operasional harus tercermin dalam
program-program koordinator cabang, cabang-cabang, dan seterusnya ke bawah
belum mencerminkan satu kesatuan dan keseragaman program yang terpadu dan
menyeluruh. Sedangkan secara material, dirasakan bahwa program-program yang
ditetapkan belum mampu secara nasional menjawb permasalahan yang ada sehingga
kegairahan anggota untuk berpartisipasi dalam setiap pelaksanaan program
berkurang, karena program itu dirasakan tidak menjawab kebutuhan dan minat
anggota
C. ARAH KEBIJAKSANAAN SASARAN PROGRAM JANGKA PANJANG
Program
jangka panjang diarahkan dalam rangka membentuk kader PMII yang berkualitas,
baik kualitas batiniah melalui pengalaman sikap, perilaku dan cara berpikir
ketaqwaan maupun kualitas lahiriah yang ditandai dengan ketahanan fisik
diberbagai aspek kehidupan, yang bersamaan dengan itu kegiatan PMII diarahkan
pula pada pencapaian tingkat intelektualitas, profesionaltias dan kemandirian kader.
Dengan
demikian kegiatan-kegiatan PMII dalam jangka panjang harus tetap dimuarakan
pada upaya pembentukan kader yang memiliki sikap dan perilaku ketaqwaan yang
bersamaan dengan itu dibarengi pula keintelektualan serta kemandirian usaha
yang profesionalitas. Nilai-nilai ketaqwaan, keobyektifan intelektual serta
etos dan semangat kemandirian profesionalitas hendaknya menjadi inspirasi dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan di PMII.
Sasaran
utama pelaksanaan program kegiatan jangka panjang adalah tercitanya kemandirian
organisasi yang memiliki perencanaan, evaluasi yang partisipatoris, memiliki
jaringan dan sistem administraasi yang solid dan didukung oleh kualitas kader
yang sesuai dengan kebutuhan jaman dalam suasana kehidupan yang maju, adil, dan
makmur serta dirhido’I Allah SWT. Adapun titik berat kegiatan ditekankan pada
bidang keilmuan dan professional melalui gerakan pemikiran, penelitian serta
ketrampilan bidang ekonomi melalui
gerakan ekonomi, bidang keagamaan melalui gerakan ketaqwaan, bidang hukum
melalui penegakan Hukum. Titik berat kegiatan pada bidang-bidang tersebut
diharapkan mampu menumbuhkan suasana yang kondusif dalam mewujudkan kader-kader
yang berkualitas diseluruh wilayah Nusantara.
Pelaksanan
program kegiatan tersebut hendaknya selalu didasarkan pada prinsip “Maju
bersama dan bersama-sama dalam Kemajuan” dengan dilandasi pada semangat
mengutamakan kualitas dan prestasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan hendaknya mampu mendorong
kader secara bersama-sama dan saling menunjang secara proforsional. Kesadaran
seperti ini harus terus ditekankan, ditanamkan dan dilaksanakan sehingga tidak
ada kader yang merasa tidak diuntungkan oleh kegiatan tersebut sementara kader
yang lain menikmati keberhasilan kegiatan-kegiatan
tersebut. Pelaksanaan kegiatan tersebut henaknya diupayakan pula untuk terus
memantapkan dan mengembangkan jaringan organisasi yang semakin tangguh
menghadapi perkembangan dan tuntutan jaman yang senantiasa berubah.
Pelaksanaan
program jangka panjang harus pula mampu membawa perubahan-perubahan yang
mendasar dalam sikap, prilaku dan budaya
organisasi kaer serta dalam menciptakan kualitas organisasi yang
mandiri, kreatif, inovatif dan antisivatif serta mampu memperjuangkan
kepentingan masyarakat yang dibarengi dengan sistem admininstrasi dan jaringan
organisasi yang tangguh.
Oleh
karenanya, kegiatan yang dilakukan janganlah kegiatan yang pada kegiatan,
melainkan harus mengimbas secara positif bagi kemajuan anggota dan masyarakat
secara luas.
Perlu
diupayakan suatu cara yang lebih tepat untuk menarik calon-calon anggota PMII
yang berkualitas sebanyak-banyaknya diperguruan tinggi, terutama perguruan
tinggi umum, hal ini harus dilakukan
karena anggota PMII selama ini lebih banyak dari perguruan tinggi agama.
D. TITIK BERAT KEGIATAN
SETIAP TAHAP
Program
Kegiatan PMII jangka panjang dilaksanakan secara bertahap, melalui entahapan
sebagai berikut:
1.
Tahap I
(2000-2002)
Titik
berat pada tahap ini adalah pada konsolidasi organisasi melalui pengkondisian
dalam rangka mereformulasikan kegiatan PMII pada masa transisi demokrasi. Pada
masa ini juga masih harus ditandai dengan proses sosialisasi otonomi warga
sejalan dengan otonomi regulasi negara, dan perubahan formulasi gerakan sejalan
dengan perubahan titik kecenderungan ini. Tahap ini juga titik awal sosialisasi
pengembangan human resources warga
pergerakan yang seimbang antara wacana dengan aplikasi, sesuai dengan kebutuhan
yang ada.
2.
Tahap
II (2002-2004)
Titik
berat pada tahap ini adalah koordinasi organisasi dengan pola otonomi, namun
dengan konsep dan wawasan global. Formulasi gagasan dalam membentuk PMII
sebagai organisasi yang sarat ragam karakteristik warga sudah mulai terbentuk.
Implikasinya, pada fase ini sudah mulai kelihatan diversikasi peran antar cabang
dengan titik sentral garapan sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan
minat bakat warga itu sendiri. Konsolidasi ini ditandai dengan menguatnya
bangunan institusi, dengan pola komunikasi berbasis virtual, sehingga
memudahkan sarana konsolidasi.
3.
Tahap III
2004-2006
Titik
berat pada tahap ini adalah memantapkan proses diversifikasi peran kader
sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan minat bakatnya. Pada fase ini
diharapkan sudah terjadi keseimbangan jumlah warga antara yang berbasis agama
dengan umum. Antara kelompok wacana dengan aplikasi. Tahap ini juga sudah harus
ditandai dengan makin terbukanya wawasan kader PMII terhadap berbagai kebutuhan
masyarakat global, sehingga piranti (software)
sudah “siap” menghadapi berbagai perubahan.
4.
Tahap IV
2006-2008
Titik
berat pada tahap ini adalah makin menguatnya kelompok praktisi dan profesi
warga PMII, namun mempunyai kesadaran politik dan basis ideologi yang berpihak
pada masyarakat. Meningkatnya kelompok ini, nanti akan dibarengi dengan makin
kuatnya institusi PMII di semua level—berkat konsolidasi periode sebelumnya.
Fase ini, jaringan PMII sudah dapat dihidupkan menjadi multi-fungsi, jaringan
organisasi sebagai alat kontrol, pemberdaya, penyemaian informasi dan transaksi
sosial-ekonomi, sosial dan budaya
5.
Tahap V
2008-2010
Titik
berat pada tahap ini adalah pada bidang munculnya kesadaran massif tentang
budaya kompetitif di kalangan warga. Pada fese ini,pendekatan prestasi sebagai
faktor determinan dalam setiap penilaian kader, bukan lagi faktor politik.
Tahap ini diharapkan sudah sampai pada tingkat keseimbangan antara karakter
politik, profesional dengan pendekatan fungsi sosial. Penguasaan pengetahuan
mikro di kalangan warga sudah mulai merata dan seimbang, sehingga fase ini
adalah titik awal profesionalisasi kaderPMII di semua sektor dan lini
masyarakat
Bagian IV
PROGRAM RENCANA STRATEGI DUA TAHUNAN
( 2005-2007)
A.
PENDAHULUAN
Proses pelakanaan kegiatan yang selama
periode terakhir 2003-2005, telah berlangsung turut mendorong lahirnya
gagasan-gagasan baru yang lebih konseptual dan terarah. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan pada tahap-tahap mendatang diharapkan terus mengacu pada formulasi
PMII dalam empat mata gerakan, yaitu gerakan pemikiran, gerakan sosial, gerakan
budaya, gerakan ekonomi dan gerakan keagamaan-ketaqwaan.
Dalam program dua tahunan (Prodata)
tahap kedua ini akan terus digalakkan dan diformulasikan secara tegas sosok,
format dan keberadaan PMII dalam:
1. Penuangan dan sosialisasi gagasan dan konsep-kosep
baru melalui gerakan pemikiran, small
group dan lingkaran diskusi berbasis pendampingan dalam setiap mahasiswa.
2. Antisipasi perkembangan ekonomi social, budaya, hokum,
saine teknologi dan industrialisasi melalui pembentukan jaringan –jaringan
terkait.
3. Peningkatan kualitas pemahaman, sikap dan perilaku
ketaqwaan melalui gerakan keagamaan baik dimasyarakat maupaun dikampus.
Produta tahap kedua ini berlangsung
dalam kurun waktu 2003-2005. Sejalan dengan formulasi orientasi program seperti
tersebut diatas, tetap dilakukan pula proses konsolidasi organisasi dan program baik secara vertikal
maupun horizontal baik dalam lingkungan internal PMII mapun eksternal.
B.
TUJUAN
Dengan tetap mengacu paa tujuan dasar
PMII sebagaimana tertera dalam AD/ART maka tujuan Prodata tahap kedua ini
dirumuskan sebagai berikut:
Pertama :
Terwujudnya kader yang berkualitas baik kualitas lahiriah maupun kualitas
batiniah, mandiri serta tetap konsisten pada nilai-nilai ke-Islaman.
Kedua :
Terwujudnya suasana, sikap dan budaya keorganisasian yang sehat dengan didukung
oleh perangkat dan jaringan organisasi yang kuat.
Ketiga : Terwujudnya
suasana sikap dan budaya kader dari berbagai disiplin keilmuan yang mampu
menginternalisasikan nilai-nilai ideal, setruktural PMII dan Historis dan mulai
mengartikulasikannya di basis massa.
C.
PRIORITAS
Prioritas
program pada PRODUTA tahap ketiga ini diletakkan pada bidang keilmuan yang
diwujudkan dalam bentuk gerakan pemikiran yang bersamaan dengan itu ditekankan
pula bidang ekonomi, hokum, sains, teknologi, melalui penciptaan kondisi dan
professional kader yang mengacu pada gerakan tersebut. Penekanan pada bidang
tersebut disemangati dengan nilai-nilai keislaman Ahlu sunnah Waljama’ah.
Sejalan
dengan prioritas – prioritas kegiatan pada bidang-bidang tersebut tetap
dilakukan pula kegiatan-kegiatan yang menacu pada nilai-nilai kepemimpinan dan keprofesionalan secara selaras, serasi
dan seimbang.
D. ARAH
KEGIATAN SETIAP BIDANG
Kegiatan
– kegiatan yang dilaksanakan pada setiap Produta tahap ketigaa ini meliputi empat ranah kegiatan yaitu
sosialisasi, konsoidasi dan partisipasi, dan system kontrol. Ketiga ranah
kegiatan tersebut akan dicoba pada setiap bidang dan aspek.
Berkaitan
dengan upaya tersebut maka upaya pembentukan dan pemantapan lembaga-lembaga
strategis perlu terus dilanjutkan, sehingga proses sosialisasi dan konsolidasi
dapat berlangsung secara lebih baik.
Untuk
lebih memudahkan proses pencapaian tujuan melalui format PMII seperti terurai
diatas maka dirumuskan arah kegiatan pada setiap bidang dan aspek berikut:
1.
Bidang Keislaman
a. Aspek
Aqidah
Masalah : 1.
Masih terbatasnya pemahaman anggota PMII dan masyarakat secra keseluruhan terhadap
konsep-konsep keimanan.
2. Terjadinya proses dan gerakan
pindah agama didalam masyarakat muslim.
Implementasi program:
1.
Pemantapan aqidah Islamiyah dikalangan anggota;
2. Dilaksanakan dialog keagaman
dikalangan mahasiswa.
b. Aspek Syariah
Masalah : Masih terbatasnya pemahaman anggota PMII
terhadap penerapan hukum-hukum Islam dan ketidak mampuan kader dalam
menyesuaikan Sosio Religius di masyarakat setempat.
Implementasi program: Perlu lebih
ditingkatkan kontektualisasi pemahaman terhadap hukum-hukum Islam.
c. Aspek
Akhlaq
Masalah :
1. Terjadinya “krisis moral” dikalangan
generaasi muda khususnya dan masyarakat umumnya.
2. lemahnya kemampuan kader untuk
menyesuaikan diri dengan standar etik masyarakat setempat.
Implementasi
Program:
1. Perlu lebih digalakkkan gerakan
ketaqwaan melalui budaya malu dan ikhlas serta sabar istiqomah.
2. perlu dibuat kode etik yang sesuai
dengan kondisi lokal
D. Aspek Dakwah
Masalah :
Gencarnya penguasaan keagamaan oleh islam fundamentalisme dimasyarakat,
maupun dikampus.
Implementasi Program :
1. perlu digalakannya gerakan masuk
masjid, majelis Ta’lim, lembaga dakwah kampus dan lemabga dakwah sekolah.
2. harus mulai dirintis media dakwah
dikalangan masyarakatmuslim perkotaan.
3. perlu dirintis pengelolaan zakat
infak dan shodaqoh secara professional.
2.
Bidang Keilmuan
Masalah: 1. Kurang intensnya
gerakan/gesekan pemikiran diantara warga PMII
2.Terjadinya
pendangkalan budaya berpikir dikalangan warga PMII dan;
3. Rendahnya
produktifitas pemikiran.
Implementasi
Program: Ditingkatkannya kegiatan-kegiatan pengkajian, penelitian dan
pengembangan diberbagai disiplin ilmu sesuai dengan bidang-nya masing-masing.
Pembagian
Aspek:
a.
Aspek
pemikiran Ke-Islaman
b.
Aspek
Pemikiran Ekonomi
c.
Aspek
Pemikiran Politik
d.
Aspek
PemikiranSosial Budaya
e.
Aspek
PemikiranPengembangan Sumber Daya Manusia/ Pengembangan Masyarakat
f.
Aspek Hukum
g.
Aspek Iptek
3. Bidang
Ekonomi
Masalah:
Masih rendahnya tingkat “Melek ekonomi” warga PMII dan masyarakat terhadap
informasi eknomi, peluang usaha, pengelolaan usaha, budaya dan jaringan usaha.
Implementasi
Program: Perlu dibudayakan pross pertukaran informasi-informasi ekonomi dan
pengkaderan-pengkadran yang mengacu pada kemandirian ekonomi warga dan
organisasi.
Pembagian
Aspek:
b.
Aspek:
Koperasi
c.
Aspek:
Perdagangan
d.
Aspek:
Produksi/barang dan jasa
e.
Aspek:
Konsumen
f.
Aspek:
Ketenagakerjaan
4.
Bidang Keprofesian
Masalah : 1.
Belum lancarnya jaringan informasi antar warga baik dalam garis vertikal maupun
horizontal;
2. Belum
meratanya konsolidasi organiasasi dan
3.
Terbatasnya kader-kader yang berpotensi.
Implementasi
Program: Perlu lebih ditingkatkannya proses sosialisasi, konsolidasi dan
pengkaderan organiasasi, melalui penciptaan sistem jaringan organisasi yang
kuat.
Pembagian
Aspek:
a.
Aspek
Kelembagaan
b.
Aspek
Pengkaderan
c.
Aspek
Pengembangan Program
5. Bidang Keorganisasian
Masalah :1.
Belum lancarnya jaringan informasi antar warga dalam vertikal maupun
horizontal;
2. Belum
meratanya konsolidasi organisasi
3.
Terbatasnya kader-kader yang berptensi
Implementasi
Program : Perlu lebih ditingkatkan orses sosialisasi, konsolidasi dan
pengkaderan organisasi, melalui
penciptaan sistem jaringan organisasi yang kuat.
Pembagian
Aspek :
a.
Aspek
Kelembagaan
b.
Aspek
Pengkaderan
c.
Aspek
Pengembangan Program
d.
Aspek
pemberdayaan
E. PENUTUP
Keberhasilan
melaksanakan program kegiatan membutuhkan partisipasi seluruh warga dengan
dilandasi sikap, mental dan tekad yahng sungguh-sungguh serta diawali dengan
niat yang jujur dan ikhlas. Disamping itu keberhasilan melaksanakan program
juga sangat dipengaruhi oleh suasana, iklim da budaya organisasi yang sehat,
yang lebih menekankan faktor prestasi dan kualitas ketimbang faktor-faktor lain
yang bertentangan dengan hal itu.
Dengan
demikian prinsip maju bersama-sama dalam kemajuan hendaklah senantiasa mewarnai
intraksi warga dalam melaksanakan programnya menuju tujuan yang dicita-citakan.
Semoga Allah SWT berkenan membimbing dan memberkahi setiap kegaitan yang kita
lakukan. Amin
Bagian V
STRATEGI PENGEMBANGAN
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII)
PMII dan
Transformasi Sosial.
Dunia telah berubah. Transformasi nilai dan wacana
sebagai upaya melakukan perubahan adalah
kesepakatan kata di dalam pergerakan kita. Transformasi adalah cara perubahan
sampai pada tingkat pola berpikir. Orientasi struktural sebagai upaya melakukan
pendekatan gerakan telah lama ditinggalkan. Paradigma pembangunan yang menjadi
sentral pemberdayaan masyarakat telah menjadi fosil, dikarenakan telah terbukti
bahwa ideologi pembangunan telah mengakibatkan manusia menjadi sangat rakus dan
menghancurkan struktur tatanan sosial kemasyarakatan (kemiskinan,
keterbelakangan kerusakan lingkungan dan tindak kekerasan).
Paradigma dan pola lama telah ditinggalkan. Dinamika
berpikir menjadi sandaran utama dalam pergerakan. Wacana tentang perubahan
mengalir deras bagai air terjun. Paradigma yang berkembang adalah paradigma
dengan menumbuhkan dinamika kebudayaan sebagai pisau analisis. Dinamika
kebudayaan didasarkan pada kerangka berpikir yang dijadikan dasar pijak (product of life) dari dinamika sosial
ekonomi, politik, budaya yang berkembang. Kebudayaan sebagai product of life ini pada tingkat gagasan
(ide) akan mengatur nilai-nilai. Pada level ini culture menjadi producer atau ruler of life (mengatur kehidupan ini secara kuat).
Ada dua sisi kebudayaan (duality of cultural). Pertama, material tehnology of culture (kebudayaan material). Contohnya;
hasil tehnologi. Kebudayaan ini adalah produk-produk yang bernuansa fisikal,
dan cirinya mudah dirubah atau tergantikan. Kedua,
immaterial culture. Kebudayaan ini adalah produk-produk yang bernuansa non
fisikal. Cirinya sangat sulit berubah atau tergantikan. Contohnya; nilai-nilai
atau norma-norma (social values, social
norms, social institution, social organization, dan social assosiation).
Dalam konteks perubahan dua sisi ini akan menjadi
perdebatan secara terus menerus. Juga dalam konteks perubahan yang dilakukan
oleh PMII, eksplorasi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan konteks jaman
berjalan dengan dinamis. Produk yang menjadi ruler of life PMII ini adalah hasil pertemuan budaya antara
mistisisme, tradisionalisme dan modernisme,
Produk ini mengalir deras dalam gerak langkah warga PMII..
Dalam upaya memberikan strategi pengembangan yang jitu
dan berpengaruh besar terhadap publik adalah dimilikinya berbagai sandaran
pendukung yang memadai. Masalah sosialisasi menjadi sangat penting untuk
menetaskan wacana agar tersebar dan berkembang di masyarakat. Kekuatan ataupun
produk apapun yang dipunyai oleh suatu institusi atau komunitas tertentu tidak
akan mampu mengalir ataupun tertransformasikan kepada sasaran tanpa adanya
sosialisasi.
Mengenai sosialisasi beberapa perangkat yang
dibutuhkan adalah; Pertama,
tersedianya SDM yang berkualitas. Dalam perspektif sosiologis gambaran warga
PMII bisa dilihat dari dua hal. Warga PMII yang secara tradisi, kultur dan
ritualnya kental dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama dan
warga PMII yang secara tradisi, kultur dan ritualnya kurang atau malah sama
sekali tidak bersentuhan dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh Nahdlatul
Ulama. Dalam perspektif pendidikan terbelah dalam dua hal. Warga PMII yang dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi berada di dalam lingkungan sekolah
agama atau pesantren, dan warga PMII yang dari pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi berada di dalam sekolah umum. Kekuatan disiplin ilmu akademis
warga PMII yang dominan adalah disiplin
ilmu-ilmu sosial. Sedangkan disiplin ilmu-ilmu eksakta masih sangat
kurang.
Realitas terhadap gambaran ini sangat berpengaruh
terhadap pembentukan wajah gerakan PMII dan orientasi pengembangan yang dilakukan.
Dominasi disiplin ilmu-ilmu sosial sangat berpengaruh dalam cara pandang, titik
pijak filosofis dan teologis, serta pokok-pokok program yang direncanakan.
Dalam konteks pencerminan suatu perubahan yang diinginkan, apapun yang
dihasilkan oleh warga PMII merupakan hasil serius dari upaya memberikan suatu
tatanan dalam keorganisasian yang lebih baik. Adanya ruang yang begitu luas
untuk melakukan aktualisasi diri telah menghasilkan suatu komunitas yang
kritis, apresiatif dan dinamis, baik dalam melakukan eksplorasi pemikiran
maupun dalam parktis gerakan yang dilakukan.
Gambaran akan realitas yang berkembang ini tumbuh dari
adanya sumber motivasi kekuatan kultur, tradisi, disiplin pendidikan, yang
dikombinasikan dengan kekuatan-kekuatan baru yang digali dari pemaknaan ulang
atas teori,nilai, bangunan cultur dan tradisi, serta kekuatan filosofis dan
teologis didukung dengan sumber teori dan nilai baru yang sedang berkembang.
Pemangkasan ikatan cultural dan struktural yang dianggap tidak berkesuaian
dengan kekinian telah menumbuhkan banyak perubahan dan pembaharuan.
Kedua, Struktur yang kuat. Struktur adalah
jaringan tatanan, hubungan-hubungan yang sifatnya vertikal dan horisontal.
Dalam kerangka berorganisasi struktur itu penting artinya. Tetapi struktur
tidak akan ada artinya kalau tidak dibangun suatu sistem yang baik. Struktur
dan sistem adalah dua nama yang sama pengertiannya atau sama barangnya.
Struktur adalah sistem dalam keadaan diam, sedangkan sistem adalah struktur
yang bekerja. Organisasi tidak akan bisa berjalan tanpa adanya struktur.
Struktur tidak akan bekerja dengan baik kalau tidak tersistem dalam mekanisme
yang dinamis. Dalam hal ini apabila suatu organisasi (institusi) berkeinginan
untuk mensosialisasikan ide-idenya, maka kebutuhan akan struktur/institusi yang
kuat sangat dibutuhkan. Menafikan keberadaan struktur sama artinya dengan
membuyarkan nilai-nilai yang dimilikinya tersosialisasikan kepada sasaran yang
diharapkan.
Ketiga, Strategi
dan taktik. Strategi dan taktik harus dimiliki oleh suatu organisasi agar
sosialisasi bisa merembes kepada sasaran yang diharapkan. Strategi adalah cara
yang harus dilakukan untuk memobilisasi kekuatan (forces mobilization). Forces mobilization hanya akan bisa
dilakukan kalau focus (memfokus).
Fokus akan digunakan untuk core
competence. Core competence
digunakan untuk menjadi pemenang (winner).
Strategi lebih menyangkut cara yang lebih konsepsional (atau dengan kata lain
cara umum). Sedangkan taktik lebih menyangkut praktik lapangan.
Dari ketiga masalah tersebut di atas, harus juga
diperhatikan tiga aspek penting yakni; pertama,
lingkungan (environment), Desain
produk-produk yang kita miliki sebenarnya telah benar (pilihan gerakan),
persoalannya adalah bagaimana kita mengantisipasi suatu kebutuhan lingkungan. Kedua, mission. Mission menyangkut
masalah-masalah yang akan kita sampaikan. Ketiga, competition. Kompetisi. Adalah bagaimana kita bisa bersaing dengan
kekuataan-kekuatan lain untuk mempertaruhkan produk-produk yang kita miliki.
Apabila dalam persaingan tersebut kita mendapatkan respons yang baik, maka kita
akan menjadi pemenang. Tiga hal yang tersebut di atas akan terkait dengan
proses sosialisasi yang kita lakukan. Permasalahannya, apakah sosialisasi itu
sudah sesuai dengan kenyataan?, sesuai satu sama lain? dipahami dalam suatu
organisasi? ataupun bisa diuji secara terus-menerus?.
Kebutuhan-kebutuhan untuk mendapatkan suatu makna yang
sangat berarti dalam berorganisasi adalah bagaimana bisa mensosialisasikan
segala bentuk produk-produk kita ke dalam masyarakat, sekaligus bagaimana institution mendapatkan penghargaan
sebagai agent of social change serta
bagimana warga (anggota) mendapatkan inspirasi dari organisasi dan organisasi
bisa memberikan manfaat kepada dirinya.
Semuanya itu membutuhkan rekayasa untuk mencapainya.
Pencapaian itu hanya bisa dilakukan apabila
ruler of life terbangun dengan baik menyangkut visi, misi, orientasi,
kualitas SDM, keberadaan struktur dan sistemnya, serta dukungan strategi dan
taktik yang baik. Kekuatan-kekuatan yang harus dimiliki ini dimaksudkan untuk
mendorong eksistensi nilai-nilai yang dicita-citakan agar tidak hanya berada
dalam kerangka abstrak (melangit) tetapi juga bisa dibumikan dengan
implementasi praktis yang mendukung pemberdayaan warga PMII khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dengan melihat perspektif ini upaya perubahan yang
dipercepat (intended planned) bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Identifikasi Kebijakan PMII
Dalam konteks perubahan dunia, dengan berbagai
peristiwa-peristiwa globalisasi yang mengiringinya, tesis perubahan sosial
seakan susah diprediksikan. Kaidah-kaidah baru banyak mementahkan kekuatan
pendekatan teori modern. Modernisme sebagai sandaran seakan tak mampu lagi
menerima dan memberi pemaknaan terhadap anasir-anasir baru yang muncul. Orang
mulai menghindarkan diri dari strukturisasi modern yang sangat positivistik dan
melarikan diri pada anasir mistis yang semula sangat ditentang oleh teori
modernitas. Ini bukan lagi fenomena, tetapi realitas perubahan sosial yang
harus kita tangkap substansinya. Disaat kita menimang-nimang modernitas, nenek
moyang yang melahirkannya (Barat) malah mengallihkan kepada kekuatan mistis
sebagai jalan menenteramkan sisi spiritualitasnya.
Realitas perubahan ini sebenarnya telah lama disadari
dan substansinya terelaborasi dalam dinamika PMII. Pada dataran gagasan,
penumbuhan kebebasan berpikir telah menumbuhkan eksplorasi intelektual
mendalam, dan jati diri perwatakan yang sangat kritis, inovatif, dan
apresiatif. Sayangnya dalam proses formasi implementasi yang terstruktur
gagasan ini tak terdengar gaungnya. Padahal gagasan akan menjadi suatu gerakan
yang teorganisir (tersistem) apabila pasar (laboratorium gagasan, media, dan
infrastruktur) dapat melayani atau mampu mentransformasikan dengan baik ragam
keinginan (spesialisasi) warga.
Fokus Kebijakan Pengembangan Organisasi
Tiga sendi dasar membangun gerakan yang terorganisir
adalah meliputi; kekuatan pasar yang bisa melayani kebutuhan konsumen (warga),
adanya media yang bisa digunakan untuk menampung semua aktifitas dan upaya
sosialisasi dan infrastruktur yang memadai. Harus diberlakukan kemungkinan
instrumen kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut di atas.
Kenyataannya, kebijakan yang menyangkut tiga sendi
dasar ini di PMII sifatnya sangat bias. Misalkan; Tidak ada agenda yang
terencana dari aktifitas yang dilakukan (dari tingkat Rayon sampai Pengurus
Besar), tidak bisa dinilai sejauhmana PMII telah mampu memberikan penguatan
kepada warga (wacana, praksis gerakan dan, solusi pemberdayaan warga), tidak
berfungsinya sandaran sistem nilai (rule of law) sebagai sandaran berorganisasi
(AD ART, NDP, PO-PO, dan lainnya), mekanisme administrasi yang kacau,
desentralisasi yang tidak jelas aturan-aturannya, strategi gerakan yang
mengambang, serta tidak ada kesesuaian pola gerakan, strategi dan pilihan
gerakan.
Kondisi-kondisi ini akan menempatkan organisasi dalam
situasi mengambang, tidak jelas, dan tidak berprospek serta tidak mempunyai
daya tahan diri menghadapi masalah-masalah dari dalam organisasi sendiri dan
dari luar organisasi. Bias dari kebijakan yang mengambang akan menjadi penghambat
upaya memberdayakan wrga dan menghilangkan daya kompetisi di hadapan publik.
Instrumen Kebijakan Sisi Penguatan Pasar
Kebijakan menyangkut sisi pasar harus dianggap serius.
Pasar adalah tempat di mana kita bisa menjajakan produk-produk kita, baik itu
produksi wacana ataupun SDM di hadapan publik. Kita sering beranggapan atau
berdalih diri bahwa wacana kita adalah sangat progresif, dinamis, dan inklusif.
Namun demikian, keberadaan wacana ini baik di tingkat internal komunitas kita
ataupun di luar kita “kurang” banyak mempengaruhi perubahan sosial ataupun
masyarakat. Kita juga sering menyatakan bahwa SDM kita mempunyai kualitas yang
tinggi. Namun demikian yang terlihat keberadaan SDM kita masih belum
termanfaatkan dengan baik.
Kebutuhan pasar adalah adanya keseimbangan antara
kebutuhan lingkungan di luar kita dengan apa yang kita miliki. Keduanya tidak
dapat dipisahkan. Kebutuhan lingkungan menyangkut apa yang sedang terjadi, apa
yang sedang berkembang, apa yang sedang diinginkan, serta apa yang harus diselesaikan.
Kalau misalkan saat ini kita menghadapi krisis sosial-politik dan
sosial-ekonomi, berarti yang harus kita lakukan adalah menyediakan perangkat
pra-kondisi untuk ikut menyelesaikan dua persoalan di atas. Perangkat ini harus
sesuai dengan realitas dan kebutuhan lingkungan (masyarakat) Ini menyangkut problem lingkungan
penyelesaian
Apa yang kita miliki terlihat masih berputar-putar di
lingkungan sendiri. Produksi kita belum terakses dan menjadi garda ataupun
menjadi sandaran cara pandang masyarakat. Gerakan-gerakan kita masih belum
menampakkan bobot untuk secara serius dan “ambisius” merebut pasar. Pasar
ideologi, pasar wacana, pasar profesi, pasar intelektual, pasar pers, pasar
politik, pasar ekonomi, pasar LSM, dan lainnya belum kita garap dengan baik
untuk memiliki royaltinya.
Sebenarnya, kita telah memiliki dua kebutuhan dasar
(wacana dan SDM) yang bisa ditransformasikan dan bersaing dimanapun dan dengan
siapapun. Padahal apabila keduanya ingin eksis, maka harus direkayasa hingga
menjadi kekuatan yang mampu bersaing dengan siapapun. Kita harus membangun
jaringan, menciptakan kemungkinan-kemungkinan pasar yang bisa diakses,
sekaligus menyediakan produk-produk yang berkualitas.
Instrumen Kebijakan Sisi Media Sosialisasi.
Media adalah kata yang mempunyai pengertian tempat
(wadah). Dalam konteks kita, media adalah wadah pergumulan untuk membangun
keberadaan diri dan aktualisasi diri. Membangun keberadaan diri berarti bentuk
pengajaran untuk memahami perubahan, mengerti nilai-nilai luhur, membangun
ideologi, latihan membuat agenda dan pemecahan masalah, dan ketrampilan.
Aktualisasi diri berarti memasarkan kemampuan diri, menjaring kekuatan-kekuatan
lainnya agar mengikuti kita, dan memberikan pengaruh terhadap kehidupan publik.
Ada dua sisi penyiapan media untuk mendukung
pergumulan kita. Pertama, menyangkut
pergumulan untuk membangun keberadaan diri. Ini bersifat internal, di mana
institusi harus menyediakan perangkat-perangkat media yang mendukung dan
memadai. Media ini harus mampu
mengakomodir kebutuhan dan keinginan warga. Warga PMII adalah orang yang
latarbelakangnya bermacam-macam dengan keinginan yang juga berbeda-beda. Ada
yang concern ke politik, gerakan, ekonomi, profesi, intelektual, LSM, agamawan,
hukum, birokrasi, militer, dan lainnya. Sebagai upaya untuk membangun
kualitasnya harus disediakan media yang mampu memberikan pengajaran kepada
mereka. Media ini bisa berbentuk informasi, pendidikan, pelatihan, penugasan,
dan lainnya.
Kedua, menyangkut aktualisasi diri. Proses pergumulan
untuk membangun keberadaan diri tidak ada artinya kalau tidak didukung dengan
penyediaan media untuk aktualisasi diri. Ini bersifat eksternal, di mana
institusi harus ikut terlibat memberikan jalan dan pemecahannya. Media ini
harus mampu memberikan jalan untuk ajang aktualisasi warga. Keinginan pada
aspek tertentu dan kemampuan pada disiplin tertentu tidak bisa dibiarkan begitu
saja. Karena ini menyangkut eksistensi dan masa depan warga. Warga tidak hanya
diberdayakan melalui proses pengajaran saja, tanpa dibantu untuk
aktualisasinya. Keduanya harus dipikirkan dan dibangun secara serius.
Selama ini media di mana kita membangun jati diri,
gerakan, dan aktualisasi diri terkesan sangat sempit. Media membangun wacana
gerakan, implementasinya masih sangat fragmentis dan instan, belum sampai
menusuk langsung pada kebutuhan riel warga dan masyarakat. Media untuk
mempengaruhi masyarakat dan membuat perubahan hanya kita lakukan melalui
gerakan di jalanan, konperensi pers (siaran pers), dan kegiatan-kegiatan
instan. Padahal jalur-jalur untuk mengaplikasikan semua produk PMII (SDM dan
wacana) masih sangat luas dan bermacam-macam. Padahal kita ingin wacana dan SDM
kita mampu terakses di dalam kehidupan publik.
Sebagai upaya penguatan pada aspek media ini harus
dilakukan suatu kebijakan yang mengarah
pada pemberdayaan warga. Pada konteks internal, internalisasi nilai-nilai,
sistem perkaderan, informasi, pelatihan-pelatihan, menciptakan ruang-ruang
pergumulan dan kegiatan-kegiatan, dan lainnya harus difasilitasi dan digarap
secara serius sebagai wadah pergumulan membangun keberadaan diri.
Di samping itu juga harus difasilitasi dan disediakan
jalan untuk aktualisasinya, dengan cara membangun kemitraan dan jaringan pada
semua aspek kehidupan. Kunci sukses sosialisasi adalah apabila produk-produk
kita mampu diterima oleh konsumen secara efektif, cepat dan dengan cosh murah.
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk aktualisasi diri Pertama melalui media
publik. Media publik yang sering kita gunakan adalah forum-forum seminar, pelatihan-pelatihan,
unjuk rasa di jalanan, siaran pers. Kita lupa bahwa ada media yang sebenarnya
include dengan gerakan kita yakni; masjid, mushola, dan majlis ta’lim dan
lainnya. Media ini sangat efektif, murah, dan cepat diterima. Kenapa, karena
selain organisasi kita adalah organisasi keagamaan, juga masyarakat kita adalah
masyarakat yang mistis dan religius. Pendekatan dengan bahasa agama akan lebih
cepat diterima. Terlebih ada banyak Ormas-ormas kepemudaan yang berwarna
keagamaan dalam beberapa tahun terakhir ini besar dengan menggunakan media ini,
contohnya KAMMI yang fenomenal di PT-PT umum.
Kedua, melalui proses rekayasa memasukkan warga kita
ke semua jalur, yakni merekayasa bagaimana seseorang menjadi birokrat,
akademisi, intelektual organik, pengusaha, wartawan, praktisi hukum, tehnolog,
politisi, pekerja sosial, dan lainnya. Rekayasa untuk memasukkan dan menjadikan
ini dimungkinkan terjadinya sosialisasi produk nilai-nilai kita bisa tersebar
melalui kekuatan-kekuatan mereka. Hal yang sama juga terjadi manakala kita
memperkuat jejaring dengan semua elemen di luar PMII atau bahkan dengan Alumni.
Komunikasi untuk yang terakhit ini penting digagas atau dihidupkan kembali.
Dengan upaya memperkuat media sebagai tempat
sosialisasi nilai, pembangunan diri, dan aktualisasi diri ini, kita akan bisa
mempengaruhi dengan mudah perubahan sosial dan sistem sosial yang ada.
Instrumen
Kebijakan Sisi Penguatan Infrastruktur
Infrastruktur adalah kata yang meliputi infrastruktur
lunak (perangkat visi, misi, orientasi, nilai-nilai, jaringan, strategi, taktik
dan SDM) dan infrastruktur keras (struktur, perangkat kantor, alat
telekomunikasi, sistem administrasi, data dan arsip, dana, dan lainnya).
Keduanya harus seimbang. Pada sisi infrastruktur atau perangkat lunak kita sudah
lebih dari memadai, tetapi sebaliknya pada sisi infrastruktur atau perangkat
keras sangat tidak memadai. Padahal infrastruktur lunak yang kita punyai tidak
akan berarti apa-apa kalau tidak didukung dengan infrastruktur kerasnya.
Untuk menciptakan suatu organisasi yang baik, kuat dan
solid serta terorganisir, sangat mustahil kalau kondisi organisasi kita masih
seperti sekarang ini. Harus ada usaha untuk penyelarasan lebih lanjut untuk
menyeimbangkan kondisi kita ini. Dinamisasi organisasi tidak hanya dilihat dari
aspek manusianya, ataupun konsepsi, struktur, sistem, strategi, dan taktiknya
saja, namun juga harus dilihat sejauhmana kantor, alat komunikasi,
administrasi, arsip, data, dana dan lainnya ikut mendukung. Kelemahan disatu
sisi akan membuat organisasi tersebut menjadi timpang.
Persoalan kita saat ini adalah menyangkut penguatan
pada aspek infrastruktur (perangkat) keras. Bagaimana ini bisa dipecahkan,
sehingga tidak akan terjadi ketimpangan. Kadang kita menyayangkan adanya
kekayaan infrastruktur lunak tidak bisa tertransformasikan dengan baik
dikarenakan perangkat-perangkat kerasnya tidak mendukung. Misalnya koordinasi
yang tidak lancar, penyebaran informasi yang tidak sampai ke cabang-cabang,
pengejawantahan sosialisasi nilai-nilai mengalami hambatan, dan lainnya.
Organisasi kita memang organisasi publik, bukan
organisasi bisnis. Ini bukan berarti kita melupakan keberadaan infrastruktur
kerasnya sebagai upaya mendukung infrastruktur lunak. Upaya yang bisa dilakukan
oleh kita adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi kemiskinan dalam
aspek penyediaan perangkat keras tersebut. Input (Man, Money, Material, Methode) yang kita punya akan berpengaruh
besar pada proses (pengorganisasian, kaderisasi) serta out-put (kader yang matang, wacana yang dikembangkan) yang kita
hasilkan.
Upaya
Membangun Strategi Pengembangan PMII
Gambaran tersebut, membutuhkan pemecahan masalah
secara serius. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membangun
strategi yang memadai. Cita-cita kita adalah bagaimana PMII ini eksis dan mampu
berinteraksi dengan perubahan sosial. Upaya ini bukanlah sesuatu yang mudah
dilakukan.
Strategi adalah cara yang harus dilakukan untuk
memobilisasi kekuatan (forces
mobilization) secara efektif. Strategi mengarah pada upaya untuk memenangkan suatu pertarungan
(kontestasi). Nilai perjuangan kita adalah membangun masyarakat yang memiliki
kekuatan dan jejaring untuk merancang perubahan ke arah yang lebih baik sebagai
langkah untuk memberikan penguatan kepada warga. Strategi kultural dengan
mengedepankan aspek kebudayaan, kemanusiaan, kebebasan, dan egalitarian adalah
untuk memahami nilai perjuangan sebagai rule
of law yang religius dan humanistik.
Upaya membangun strategi yang memadai harus menjawab
semua pokok masalah baik itu yang dimiliki PMII ataupun yang terjadi
dilingkungan sekitar. Pilahan-pilahan strategi yang bisa diangkat adalah
menyangkut persoalan yang bersifat internal maupun eksternal. Persoalan
internal meliputi; pemberdayaan dan membangun kualitas SDM, media sosialisasi
yang efektif, penguatan struktur dan infrastruktur. Persoalan eksternal
meliputi; penguatan jaringan, membangun kemitraan, menyiasati pasar, serta
peran dan posisi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengembangan strategi internal dapat disimpulkan pada
dua hal, pertama, penguatan SDM dan kedua, penguatan institusi. Penguatan SDM
lebih pada pembangunan eksistensi diri. Ini bisa dilakukan apabila kebebasan
akademik dan wacana yang dikembangkan atau kemungkinan untuk mencari
alternative-alternative berjalan dan sangat mendukung. Sedangkan penguatan
institusi lebih pada membangun lembaga sebagai sandaran pendukung bagi SDM
untuk beraktualisasi. Institusi yang tidak kuat dan tidak memadai sebagai
sandaran pendukung, maka akan menampakkan kebopengan gerakan. Institusi akan
terengah-engah mengakomodir kebutuhan dan keinginan warga PMII.
Pengembangan Strategi eksternal adalah menyangkut
bagaimana menghadapi situasi di luar organaisasi. Banyak hal yang harus dijawab
untuk mengatasi persoalan-persoalan dilingkungan sekitaran. Pengembangan
strategi eksternal dapat disimpulkan dibagi dua hal, pertama, yang bersifat strategi organisasi, Strategi organisasi
adalah bagaimana organisasi memberikan suatu strategi dan pemecahan masalah
menyangkut kondisi-kondisi internal organisasi dan eksternal organisasi.
Pemecahan internal organisasi adalah memberikan penguatan organisasi agar bisa
berkompetisi dan eksis. Pemecahan eksternal organisasi adalah bagaimana
membangun jaringan baik taktis maupun strategis, bagaimana membangun kemitraan,
dan bagaimana memberikan pemecahan masalah-masalah sosial (masalah politik,
ekonomi, hukum, dll).
Kedua yang
bersifat strategi pengembangan warga PMII. Strategi pengembangan warga PMII
adalah bagaimana warga PMII eksis dan mampu beraktualisasi. PMII tidak hanya
mampu memproduksi konsepsi-konsepsi, wacana-wacana, dan paradigma gerakan yang
ada dikepala kita masing-masing. Dibutuhkan hasil karya-hasil karya yang siap
dipasarkan. Pengupayaan ini akan bisa dilakukan kalau ada fasilitas yang mendukungnya.
Strategi pengembangan organisasi kita masih banyak
membutuhkan pembenahan-pembenahan. Pembenahan-pembenahan ini menyangkut
pembenahan institusi, dan pembenahan pola gerakan.
Prasarana Pergerakan
Kebutuhan pergerakan dalam merealisasikan berbagai
program-programnya bisa dilakukan apabila perangkat-perangkatnya memadai.
Perangkat ini meliputi dua hal yakni; perangkat lunak yang berkaitan dengan SDM
dan konsep (wacana) yang menjadi kekuatan mainstream pergerakan ataupun
perangkat keras yang meliputi institusi dan struktur organisasi sebagai
kekuatan untuk mensosialisikan sebagai sesuatu yang kongkrit. Melihat
keberadaan dua kebutuhan tersebut yang tergambar dalam wajah PMII, ternyata
masih banyak yang harus diperbaiki.
Menyangkut SDM sebagai basis utama berkembangnya PMII. Dalam perspektif
sosiologis gambaran warga PMII bisa dilihat dari dua hal. Warga PMII yang
secara tradisi, kultur dan ritual kental
dengan nilai-nilai Nahdlatul Ulama dan warga PMII yang secara tradisi, kultur
dan ritual kurang atau malah sama sekali tidak bersentuhan dengan nilai-nilai
Nahdlatul Ulama. Dalam perspektif pendidikan terbelah dalam dua hal. Warga PMII
yang dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi berada di dalam sekolah
agama, dan warga PMII yang dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi berada
di dalam sekolah umum. Kekuatan disiplin ilmu akademis warga PMII yang dominan
adalah disiplin ilmu-ilmu sosial.
Sedangkan disiplin ilmu-ilmu eksakta masih sangat kurang.
Realitas terhadap gambaran ini sangat berpengaruh
terhadap pembentukan wajah gerakan PMII dan orientasi pengembangan yang
dilakukan. Dominasi disiplin ilmu-ilmu sosial menurun dalam cara pandang, titik
pijak filosofis dan teologis, nilai-nilai yang menjadi pijakan, dan pokok-pokok
program yang direncanakan. Gambaran ini berasal dari sumber motivasi kekuatan
kultur, tradisi, disiplin pendidikan, yang dikombinasikan dengan
kekuatan-kekuatan baru yang digali dari pemaknaan ulang atas teori,nilai,
bangunan cultur dan tradisi, serta kekuatan filosofis dan teologis didukung
dengan sumber teori dan nilai baru yang sedang berkembang. Pemangkasan ikatan
cultural dan struktural yang yang dianggap tidak berkesuaian dengan kekinian
telah menumbuhkan banyak perubahan dan pembaharuan.
Dekonstruksi
atas visi, misi, orientasi dalam bentuk penjelajahan intelektual ini menetas
dalam bangunan kekuatan wacana sebagai titik pijak suatu perubahan. Perubahan
dimengertikan dalam bangunan kesejatian kesadaran atas realitas yang penuh,
kepercayaan atas kekuatan budaya tradisi dan ritualnya, pilihan gerakan dan
keperpihakan serta dalam bentuknya yang sangat praktis pola-pola gerakan yang
dikembangkan. Perubahan PMII dimulaiF dari penumbuhan wacana independensi
sebagai kekuatan untuk menjaga eksistensinya dari intervensi, kooptasi, dan
hegemoni kekuatan mainstraim dari luar, termasuk yang dikembangkan dan
diideologisasikan oleh negara dan kekuatan kapitalisme global.
Wacana independensi kemudian berkembang dan terus
melakukan metaformosis sampai pada titik baru bangunan kemandirian. Sebagai
upaya untuk mengarahkan pada kekuatan masyarakat yang independent dan mempunyai
kemandirian, kemudian tumbuh filosofi liberasi, ahlusunah waljama’ah sebagai
manhaj al-fikr bahkan manhaj transformasi sosial, telaah kritis atas
nilai-nilai universal yang memihak kepada masyarakat (bukan negara), telaah
kritis atas wacana-wacana represif yang dikembangkan oleh negara, serta
pembiasan pemberdayaan masyarakat sipil sebagai perwujudan cita-cita masyarakat
yang terbuka dan sejahtera. Wacana-wacana ini kemudian menjadi mainstraim
gerakan dan menjadi dasar pijak pergerakan secara institusional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar