NILAI DASAR PERGERAKAN (NDP)
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nilai Dasar Pergerakan (NDP); Antara
Dialektika dan Integrasi Gerakan
Kita mungkin masih ingat dengan
sabda Nabi Muhammad SAW yang kira-kira artinya: “Perbedaan di antara umatku
adalah Rahmat”, perbedaan yang kiranya difahami sebagai sebuah ragam
pemikiran yang akan terjadi nanti setelah beliau wafat. Mungkin kita juga masih
mengingat bahwa suatu saat beliau pernah bersabda ”Kalian semua lebih
mengerti urusan kalian”, sebuah stateman yang keluar karena kecerobohan
dirinya yang menyuruh seorang petani kurma untuk menyilangkan pohonnya sehingga
hasil yang didapatkan tidak sebagus yang diinginkan.Dengan fenomena seperti
itu, tentunya Islam sudah menjadi agama yang berkembang dengan beragam pemikiran
baik dalam hal profan atau sakral. Perkembangan peradaban yang tiada tara dan
menjadi sebuah aset penting bagi generasi berikutnya. Tetapi, mengapa justru
saat ini umat Islam mengalami gradasi pengetahuan. Kebodohan dan pembodohan
terus merajalela sehingga Islam kini identik sebagai agama orang-orang yang
bodoh dan miskin.
Zaman renaissance di barat, tepatnya
kemunculan langit kebodohan yang kelam itu. Masa dimana justru orang-orang
barat yang notabene beragama Kristen terlepas dari kejamnya belenggu agamawan
yang menguras habis seluruh pemikiran brilian di zaman abad pertengahan. Sebut
saja, Nicolaus Copernicus yang harus mati dipenggal karena menentang dogmatisme
agama saat itu yang mengatakan tentang bumi sebagai pusat alam semesta dan yang
lain berputar mengitari bumi serta mengatkan bahwa bumi ini berbentuk datar
sehingga bumi ini jika ditelusuri maka pasti ditemukan ujungnya. Seperti itulah
gambaran umat Islam saat ini. Gambaran yang sudah terjadi ratusan tahun silam
di barat. Fenomena seperti itu datang menyerang umat Islam saat ini dan muncul
berawal dari buku karya Al-Ghazali yang berjudul Tahafudh al-Falasifah,
buku yang mengupas habis seluruh pemikirannya yang skeptis terhadap pemikiran
filsafat yang notabenenya memang spekulatif, walaupun banyak filsuf lain
menduga ia telah kehilangan konsistensi pemikiran karena sebelumnya selama dua
tahun ia belajar filsafat dan menulis buku berjudul Al-Maqasid al-Falasifah
yang justru memuji pemikiran filsafat yang kritis.
Sejak itulah umat Islam menganggap
bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan pemikiran ulama zaman dahulu adalah hal
yang final dan tidak perlu ditelaah kembali. Pengkultusan terhadap seseorang
membuat semua kejayaan masa lalu musnah tak tersisa, yang ada hanyalah
kebodohan dan pembodohan massal dan tidak tahu kapan berakhirnya.
Fenomena di atas cukup sebagai
pembelajaran bagi kita, generasi muda umat Islam, agar tidak terjadi lagi untuk
ke sekian kalinya. Cukup lama sudah kita terbelenggu oleh jahatnya pembodohan,
kini saatnya kita mulai berfikir kritis, apalagi jika kita adalah seorang kader
organisasi pergerakan yang sejatinya terus begeliat mencari makna. Dengan
berfikir melalui paradigma kritis-transformatif, kita akan terus berfikir bebas
tanpa rasa takut akan kehilangan esensi ke-Tauhid-an, karena di sini kita
dituntut untuk berfikir free from dan free for (bebas dari dan
bebas untuk) tanpa melupakan bahwa harus ada keharmonisan hubungan antara
manusia dengan Allah dan alam, karena tanpa keharmonisan hubungan antara
manusia, Allah dan alam, apalah artinya seorang manusia.
Lebih lanjut, kita juga dituntut
untuk berfikir dengan melihat demarkasi (garis pemisah) yang tegas antara
wilayah profan (keduniaan) dan sakral (keagamaan), sehingga tidak ada lagi
sekularisme (ateisme, tanpa Tuhan) dalam berfikir, yang ada adalah sekularisasi
(proses berfikir dengan batas demarkasi antara wilayah profan dan sakral).
Nilai Dasar Pergerakan
(NDP) PMII
Mukadimah
Mukadimah
Senantiasa memohon dan menjadikan
Allah SWT sebagai sumber segala kebenaran dan tujuan hidup. Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia berusaha menggali nilai-nilai ideal-moral, lahir dari
pengalaman dan keberpihakan insan warga pergerakan dalam bentuk rumusan-rumusan
yang diberi nama Nilai dasar Pergerakan (NDP) PMII. hal ini dibutuhkan untuk
memberi kerangka, arti motivasi pergerakan dan sekaligus memberikan legitimasi
dan memperjelas terhadap apa saja yang akan dan harus dilakukan untuk mencapai
cita-cita perjuangan sesuai dengan maksud didirikannya organisasi ini.
NDP adalah tali pengikat (kalimatun
sawa) yang mempertemukan semua warga pergerakan dalam ranah dan semangat
perjuangan yang sama. Seluruh warga PMII harus memahami dan
menginternalisasikan nilai dasar PMII itu, baik secara personal atau secara
bersama-sama, dalam medan perjuangan social yang lebih luas dengan melakukan
keberpihakan nyata melawan ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kekerasan, dan
tindakan-tindakan negative lainnya. NDP ini, dengan demikian senantiasa
memiliki kepedulian sosial yang tinggi (faqih fi mashalih al-kahliq fi ad-dunya
atau faham dan peka terhadap kemaslahaatan mahluk dunia).
BAB I
ARTI, FUNGSI DAN
KEDUDUKAN
ARTI
NDP adalah nilai-nilai yang secara mendasar merupakan sublimasi nilai-nilai ke-Islaman (kemerdekaan/tawasuth/al-hurriyah, persamaan/tawazun/al-musawa, keadilan/ta’adul, toleran/tasamuh) dan ke-Indonesia-an (keberagaman suku, agama dan ras; beribu pulau; persilangan budaya) dengan kerangka pemahaman Ahlusunnah wal Jama’ah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII. Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari, memberi spirit dan élan vital pergerakan yang meliputi cakupan Iman, Islam, Ihsan dalam upaya memperoleh kesejahteraan hidup didunia dan akhirat.
NDP adalah nilai-nilai yang secara mendasar merupakan sublimasi nilai-nilai ke-Islaman (kemerdekaan/tawasuth/al-hurriyah, persamaan/tawazun/al-musawa, keadilan/ta’adul, toleran/tasamuh) dan ke-Indonesia-an (keberagaman suku, agama dan ras; beribu pulau; persilangan budaya) dengan kerangka pemahaman Ahlusunnah wal Jama’ah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII. Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari, memberi spirit dan élan vital pergerakan yang meliputi cakupan Iman, Islam, Ihsan dalam upaya memperoleh kesejahteraan hidup didunia dan akhirat.
Dalam upaya memahami, menghayati dan
mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan Ahlusunnah wal Jama’ah
sebagai manhaj al-fikr sekaligus manhaj al-taghayyur al-ijtima’i
(perubahan sosial) untuk mendekontruksi sekaligus merekontruksi bentuk-bentuk
pemahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama toleran, humanis, anti kekerasan
dan kritis transformatif.
FUNGSI
A. Kerangka Refleksi (landasan berpikir)
A. Kerangka Refleksi (landasan berpikir)
Sebagai kerangka refleksi, NDP
bergerak dalam pertarungan ide-ide, paradigma, nilai-nilai yang akan memperkuat
nilai-nilai yang akan memperkuat tingkat kebenaran-kebenaran ideal. Ideal-ideal
itu menjadi sesuatu yang mengikat, absolut, total, universal berlaku menembus
keberbagaian ruang dan waktu (muhkamat, qoth’i). Karenanya, kerangka
refleksi ini menjadi moralitas sekaligus tujuan absolut dalam mendulang
capaian-capaian nilai seperti kebenaran, keadilan, kemerdekaan, kemanusiaan,
dll.
B. Kerangka
Aksi (landasan berpijak)
Sebagai kerangka aksi, NDP bergerak
dalam pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri, pembelajaran
sosial yang akan memperkuat tingkat kebenaran-kebenaran faktual. Kebenaran
faktual itu senantiasa bersentuhan dengan pengalaman historis, ruang dan waktu
yang berbeda-beda dan berubah-ubah, kerangka ini memungkinkan warga pergerakan
menguli, memperkuat atau bahkan memperbaharui rumusan-rumusan kebenaran dengan
historisitas atau dinamika sosial yang senantiasa berubah (mutasyabihat, dzanni).
C. Kerangka
Ideologis (sumber motivasi)
Menjadi satu rumusan yang mampu
memberikan proses ideologisasi di setiap kader secara bersama-sama, sekaligus
memberikan dialektika antara konsep dan realita yang mendorong proses kreatif
di internal kader secara menyeluruh dalam proses perubahan sosial yang
diangankan secara bersama-sama secara terorganisir.
Menjadi pijakan atau landasan bagi
pola pikir dan tindakan kader sebagai insan pergerakan yang aktif terlibat
menggagas dan proaktif memperjuangkan perubahan sosial yang memberi tempat bagi
demokratisasi dan penghargaan terhadap HAM.
KEDUDUKAN
a. NDP menjadi sumber kekuatan ideal-moral dari aktivis pergerakan.
b. NDP menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap dan bertindak dalam aktivitas pergerakan.
a. NDP menjadi sumber kekuatan ideal-moral dari aktivis pergerakan.
b. NDP menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap dan bertindak dalam aktivitas pergerakan.
BAB II
RUMUSAN NILAI-NILAI DASAR PERGERAKAN
RUMUSAN NILAI-NILAI DASAR PERGERAKAN
TAUHID
Mengesakan Allah SWT. Merupakan nilai paling asasi dalam agama samawi, didalamnya telah terkandung sejak awal tentang keberadaan manusia.
Mengesakan Allah SWT. Merupakan nilai paling asasi dalam agama samawi, didalamnya telah terkandung sejak awal tentang keberadaan manusia.
- Pertama, Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Allah adalah dzat yang fungsional.
- Kedua, Keyakinan seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi kesadaran dan keyakinan kepada ghaib.
- Ketiga, Oleh karena itu tauhid merupakan titik puncak, melandasi, memandu dan menjadi sasaran keimanan yang mencakup keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan dan perwujudan lewat perbuatan.
Maka, konsekuensinya Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia harus mampu melarutkan dan meneteskan nilai-nilai tauhid dalam
berbagai kehidupan serta tersosialisasikan hingga merambah sekelilingnya. Hal
ini dibuktikan dengan pemisahan yang tegas antara hal-hal yang profan dan
sakral.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia dihadapan ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan pemberian daya pikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsinya sebagai khalifah dan hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentuannya. Untuk itu manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat, manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia dihadapan ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan pemberian daya pikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsinya sebagai khalifah dan hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentuannya. Untuk itu manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat, manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA
Tidak ada yang lebih antara yang satu dengan lainnya, kecuali ketaqwaannya. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, ada yang menonjol pada diri seseorang tentang potensi kebaikannya, tetapi ada pula yang terlalu menonjol potensi kelemahannya. Karena kesadaran ini, manusia harus saling menolong, saling menghormati, bekerjasama, menasehati dan saling mengajak kepada kebenaran demi kebaikan bersama. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup dalam persaudaraan antar insan pergerakan, persaudaraan sesama umat Islam, persaudaran sesama warga Negara dan persaudaraan sesama umat manusia. Perilaku persaudaraan ini harus menempatkan insan pergerakan pada posisi yang dapat memberikan manfaat maksimal untuk diri dan lingkungannya.
Tidak ada yang lebih antara yang satu dengan lainnya, kecuali ketaqwaannya. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, ada yang menonjol pada diri seseorang tentang potensi kebaikannya, tetapi ada pula yang terlalu menonjol potensi kelemahannya. Karena kesadaran ini, manusia harus saling menolong, saling menghormati, bekerjasama, menasehati dan saling mengajak kepada kebenaran demi kebaikan bersama. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup dalam persaudaraan antar insan pergerakan, persaudaraan sesama umat Islam, persaudaran sesama warga Negara dan persaudaraan sesama umat manusia. Perilaku persaudaraan ini harus menempatkan insan pergerakan pada posisi yang dapat memberikan manfaat maksimal untuk diri dan lingkungannya.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM
Alam semesta adalah ciptaan Allah. Dia menentukan ukuran dan hukum-hukumnya. Alam juga menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid melingkupi nilai hubungan manusia dengan manusia. Namun Allah menundukkan alam bagi manusia dan bukan sebaliknya. Jika sebaliknya yang terjadi, maka manusia akan terjebak dalam penghambaan terhadap alam, bukan penghambaan kepada Allah. Allah mendudukkan manusia sebagai khalifah, sudah sepantasnya manusia menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana dalam bertauhid dan menegaskan keberadaan dirinya, bukan menjadikannya sebagai obyek eksploitasi. Salah satu dari hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia menciptakan itu untuk memudahkan dalam rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi atau memudahkan hubungan antar manusia. Dalam memanfaatkan alam diperlukan iptek, karena alam memiliki ukuran, aturan dan hukum tersendiri. Alam didayagunakan dengan tidak mengesampingkan aspek pelestariannya.
Alam semesta adalah ciptaan Allah. Dia menentukan ukuran dan hukum-hukumnya. Alam juga menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid melingkupi nilai hubungan manusia dengan manusia. Namun Allah menundukkan alam bagi manusia dan bukan sebaliknya. Jika sebaliknya yang terjadi, maka manusia akan terjebak dalam penghambaan terhadap alam, bukan penghambaan kepada Allah. Allah mendudukkan manusia sebagai khalifah, sudah sepantasnya manusia menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana dalam bertauhid dan menegaskan keberadaan dirinya, bukan menjadikannya sebagai obyek eksploitasi. Salah satu dari hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia menciptakan itu untuk memudahkan dalam rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi atau memudahkan hubungan antar manusia. Dalam memanfaatkan alam diperlukan iptek, karena alam memiliki ukuran, aturan dan hukum tersendiri. Alam didayagunakan dengan tidak mengesampingkan aspek pelestariannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP) Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dipergunakan sebagai landasan teologis,
normative dan etis dalam pola piker dan perilaku warga PMII, baik secara
perorangan maupun bersama-sama. Dengan ini dasar-dasar tersebut ditujukan untuk
mewujudkan pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah, berbudi luhur,
berilmu cakap dan bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya serta
komitmen atas cita-cita kemerdekaan rakyat Indonesia, Sosok yang dituju adalah
adalah sosok insane kamil Indonesia yang kritis, inovatif dan transformative
yang sadar akan posisi dan perannya sebagai khalifah dimuka bumi.
Ke-PMII-an
A. Latar Belakang
Sejak NU pisah dengan Partai MAKSUMI
pada 1952, NU menjadi partai sendiri, sehingga pada pemilu 1955,partai NU
mendapat 45 kursi dalam Parlemen. Ketika NU masih bergabung dengan MAKSUMI,
hanya mendapat 8 kursi.
Kader-kader NU berpotensi pada waktu itu masih sangat minim karena belum adanya wadah atau organisasi yang mengakomodir kaum intelektual NU, sehingga terbentuklah organ-organ pendukung NU seperti IPNU dan IPPNU yang ber anggotakan par pelajar dan mahasiswa dengan diiringi beberapa organ-organ pendukung seperti: muslimat, gerakan pemuda ansor. Pada muktamar ke-II IPNU-IPPNU di Pekalongan sempat terlontar gagasan untuk membuat wadah sndiri bagi kaum mahasiswa Nahdlyin, tapi kurang mendapat respon dari pimpinan IPNU. Hal tersebut di karenakan IPNU masih butuh pembenahan (banyak anggota IPNU yang berstatus mahasiswa) sehingga dikhawatirkan mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk.
Pada Muktamar ke-III IPNU di Cirebon 27-31 Desember 1658, aspirasi mahasiswa Nahdliyin tak terbentuk lagi, bahwa mereka menginginkan wadah tersendiri yang dapat menampung mahasiswa nahdlyin secara fungtional dan organisatoris masih di bawa organ departemen organ IPNU. Dalam konfensi besar IPNU di Kaliurang pada 14-17 Maret 1960di Jogjakarta, merekomondisikan terbentunya wadah atau organ mahasiswa Nahdlyin yang terpisah dalam struktural maupun fungsionaris dari IPNU dan IPPNU, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)dengan di bentuknya 13 panitia, yaitu: Kholid Mawardi (Jakarta), Said Budairi (Jakarta), M. Shobih Ubaid (Jakarta), Muh. Makmun Syukri, BA (Bandung), Hilman (Bandung), H, Ismail Makky (Jogjakarta), Munif Nahrowi (Jogjakarta), Nuril Huda Suadi, HA (Surakarta), Laily Mansyur (Surakarta), Abdul Wahab Jailany (Semarang), Hisbullah Huda (Surabaya), M. Kholid Narbuka (Malang), Ahmad Husain (Makasar). Pada 19 Maret 1960 tiga dari tiga belas orang yaitu Hisbullah Huda (Surabaya), M. Said Budairy (Jakarta), serta Maksum Syukri BA (Bandung) berangkat ke Jakarta untuk mengahadapi ketua umum partai NU K.H. Dr. Idam Kholid agar diberi nasehat sebagai bekal atau pegangan pokok dalam musyawarah mahasiswa Nahdyin yang akan di laksanakan di Surabay tanggal 25 maret 1960. Dalam pertemuan tersebut, beliau menekankan agarorgan yang di bentuk nantinya betul-betul dapat di andalkan sebagai kader partai NU dan menjadi Mahasiswa yang berperinsip ilmu agar dapat dapat di amalkan untuk kepentingan rakyat, buakan ilmu untuk ilmu, yang paling penting adalah menjadi manusia yang cakap serta bertaqwa kepada Allah SWT. Beliau menyatakan merestui musyawarahmahasiswa Nahdyin yang di adakan di Surabaya itu.
Kader-kader NU berpotensi pada waktu itu masih sangat minim karena belum adanya wadah atau organisasi yang mengakomodir kaum intelektual NU, sehingga terbentuklah organ-organ pendukung NU seperti IPNU dan IPPNU yang ber anggotakan par pelajar dan mahasiswa dengan diiringi beberapa organ-organ pendukung seperti: muslimat, gerakan pemuda ansor. Pada muktamar ke-II IPNU-IPPNU di Pekalongan sempat terlontar gagasan untuk membuat wadah sndiri bagi kaum mahasiswa Nahdlyin, tapi kurang mendapat respon dari pimpinan IPNU. Hal tersebut di karenakan IPNU masih butuh pembenahan (banyak anggota IPNU yang berstatus mahasiswa) sehingga dikhawatirkan mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk.
Pada Muktamar ke-III IPNU di Cirebon 27-31 Desember 1658, aspirasi mahasiswa Nahdliyin tak terbentuk lagi, bahwa mereka menginginkan wadah tersendiri yang dapat menampung mahasiswa nahdlyin secara fungtional dan organisatoris masih di bawa organ departemen organ IPNU. Dalam konfensi besar IPNU di Kaliurang pada 14-17 Maret 1960di Jogjakarta, merekomondisikan terbentunya wadah atau organ mahasiswa Nahdlyin yang terpisah dalam struktural maupun fungsionaris dari IPNU dan IPPNU, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)dengan di bentuknya 13 panitia, yaitu: Kholid Mawardi (Jakarta), Said Budairi (Jakarta), M. Shobih Ubaid (Jakarta), Muh. Makmun Syukri, BA (Bandung), Hilman (Bandung), H, Ismail Makky (Jogjakarta), Munif Nahrowi (Jogjakarta), Nuril Huda Suadi, HA (Surakarta), Laily Mansyur (Surakarta), Abdul Wahab Jailany (Semarang), Hisbullah Huda (Surabaya), M. Kholid Narbuka (Malang), Ahmad Husain (Makasar). Pada 19 Maret 1960 tiga dari tiga belas orang yaitu Hisbullah Huda (Surabaya), M. Said Budairy (Jakarta), serta Maksum Syukri BA (Bandung) berangkat ke Jakarta untuk mengahadapi ketua umum partai NU K.H. Dr. Idam Kholid agar diberi nasehat sebagai bekal atau pegangan pokok dalam musyawarah mahasiswa Nahdyin yang akan di laksanakan di Surabay tanggal 25 maret 1960. Dalam pertemuan tersebut, beliau menekankan agarorgan yang di bentuk nantinya betul-betul dapat di andalkan sebagai kader partai NU dan menjadi Mahasiswa yang berperinsip ilmu agar dapat dapat di amalkan untuk kepentingan rakyat, buakan ilmu untuk ilmu, yang paling penting adalah menjadi manusia yang cakap serta bertaqwa kepada Allah SWT. Beliau menyatakan merestui musyawarahmahasiswa Nahdyin yang di adakan di Surabaya itu.
Hasil Musyawarah Mahasiswa
Nahdliyin di Surabaya 14-16 April 1960 menelurkan:
1.
Berdirinya organ mahasiswa Nahdyin
di beri nama PMII
2.
Penyusunan peraturan dasar PMII
merupakan kelanjutan dari departemen perguruan tinggi IPNU dan IPPNU
3.
Persidangan dalam musyawarah
mahasiswa Nahdyin itu bertempat di gedung Madrasah Mu’alimin NU Wonokromo
Surabaya. Sedangkan peraturan dasar PMII berlaku 21 Syawal 1379 H atau 17 April
1960 sebagai hari kelahiran PMII.
Sekaligus
membentuk tiga tim formatur H.Mahbub Junaidi sebagai ketua umum, A. Cholid
Mawardi sebagia ketua I dan Muhammad SyaidBudairi sebagai sekertaris umum PB
PMII.
Pada tanggal 14 Juni 1960 PMII diterima dan di sahkan
oleh PB NU sekaligus sebagai keluarga besar sekaligus sebagai partai NU, oleh
Ketua Umum PB NU K.H. Dr. Idham Kholid, dan Wakil Sekjen H. Amirudin
Aziz. Perumusan anggaran rumah tangga diketahui oleh Muhammad Said Buairi,
anggotanya Cholid Marwadi dan Fatchurrozi.
B. Independensi PMII-NU
Salah satu momentum sejarah perjalanan PMII yang membawa pada perubahan secara mendasar, yaitu di
cetuskannya Idenpendensi PMII pada tanggal14 Juli 1972di Munarjati Lawang
Malang Jawa Timuryang kemudian di sebut Deklarasi Munarjati.
Lahirnya
deklarasi ini berkenaan dengan situasi politik nasional, ketika partai politik
dikebiri bahkan partisipasi dalam pemerintahan pun sedikit demi sedikit di
kurangi dan mulai dihapuskan. Ditambah lagi dengan digiringnya peran mahasiswa
dengan komando back to campus. Maka PMII mencari alternative abru dengan tidak
lagi dependen kepada partai politik manapun.
Dengan latar
belakan dan motivasi, maka tanggal 14 Juli 1972 secara formal PMII terpisah
secara struktural dengan partai NU. Hal-hal yang berkenaan dengan independensi
dapat kita lihal dokumen historis PMII antara lain:
a.
Manivestasi kesadaran PMII yang
meyakini sepenuhnya terhadap tutunan keterbukaan sikap, kebebasan berfikir, dan
membangun kreativitas yang dijiwai oleh nilai-nilai islam.
b.
Manivestasi kesadaran organisasi
dalam tuntutan kemandirian, kepeloporan, kebebasan berfikir, dan berkreasi
serta tanggung jawabsebagai kader umat.
Sejak di kumandangakanya Deklarasi Munarjati itulah PMII menjadi organ yang bebas menuntukan kehendak dan idealismenya tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi manapun termasuk NU. Akan tetapi keter[isahan secara struktural tidak membatasi ikatan emosional antar kedua organisasi ini. Keduanya masih mempjunyai benang merah pemahaman idiologisnya yaitu Ahlussunnah Wal-jama’ah.
Sejak di kumandangakanya Deklarasi Munarjati itulah PMII menjadi organ yang bebas menuntukan kehendak dan idealismenya tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi manapun termasuk NU. Akan tetapi keter[isahan secara struktural tidak membatasi ikatan emosional antar kedua organisasi ini. Keduanya masih mempjunyai benang merah pemahaman idiologisnya yaitu Ahlussunnah Wal-jama’ah.
C. Interindependen PMII-NU
Latar belakan PMII melakukan Interindependen dari Independen pada saat kongres X PMII Jakarta 1991 adalah:
Latar belakan PMII melakukan Interindependen dari Independen pada saat kongres X PMII Jakarta 1991 adalah:
1.
Ulama sebagai pewaris Nabi (Ulama
Warosatul Ambiya’)
Maksudnya : keteladanan umat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maksudnya : keteladanan umat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.
Ikatan Historis, maksudnya: PMII
lahir dari NU dan besar dari NU.
3.
Adanya kesamaan faham antar PMII-NU
Maksudnya: Aswaja bercirikan Tawassuth, Ta’adul, Tasamuh, Tawadzun serta Amar Ma’ruh Nahi Mungkar (Mabadi’ Khoirul Ummah) demikian di dalam pola berfikir, pola sikap, pola tindakan PMII-NU menganut opola selektif, akomodatif, intergratif sesuai dengan prinsip dasar Al-Mukhofadzatu Ala Qodimis Shalih Wal Akhdzu Bi Ijadi Al Ashlah.
Maksudnya: Aswaja bercirikan Tawassuth, Ta’adul, Tasamuh, Tawadzun serta Amar Ma’ruh Nahi Mungkar (Mabadi’ Khoirul Ummah) demikian di dalam pola berfikir, pola sikap, pola tindakan PMII-NU menganut opola selektif, akomodatif, intergratif sesuai dengan prinsip dasar Al-Mukhofadzatu Ala Qodimis Shalih Wal Akhdzu Bi Ijadi Al Ashlah.
4.
Adanya persamaan kebangsaan.
Maksudnya: bagi PMII keutuhan komitmen keislaman dan keindonesiaan merupakan perwujudan
kesadaran beragama dan berbangsa bagi setiap insan muslim di Indonesia dan atas
hal dasar tersebut maka menjadi keharusan untuk mempertahankan Bangsa dan
Negara Indonesia dengan segala tekat dan kemampuan, baik secara individu maupun
bersama.
5.
Adanya kesamaan kelompok sasaran. Maksudnya:
PMII-NU memiliki mayoritas anggota dari kalangan masyarakat kelas menengah
bawah.
Sekurang-kurangnya terdapat lima perinsip yang semestinya di pegang bersama untuk merealisasikan interindependensi PMII-NU:
1) Ukhuwah Islamiyah
2) Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
3) Mabadi’ Khoirul Ummah
4) Al Musawah
5) Hidup berdampingan dan berdaulat secar penuh
Sekurang-kurangnya terdapat lima perinsip yang semestinya di pegang bersama untuk merealisasikan interindependensi PMII-NU:
1) Ukhuwah Islamiyah
2) Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
3) Mabadi’ Khoirul Ummah
4) Al Musawah
5) Hidup berdampingan dan berdaulat secar penuh
D.
Implementasi
independensi
Implementasi independensi PMII-NU
diwujutkan dengan berbagai bentuk pikiran kerkasama antara lain meliputi
bidang:
1)
Pemikiran: kerjasama di bidang ini
di rancang untuk pengembangan pemikiran keislamian dan kemasyarakatan
2)
Pelatihan: kerjasama di bidang ini
di rancang untuk pengembangan sumber daya manusia baik PMII maupun NU
3)
Sumber Daya Manusia: Kerja sama di
bidang ini di tekankan pada pemanfaatan secara maksimal manusia-manusia PMII
untuk peningkatan kualitas Khidmat NU.
4)
Rintisan Progam: Kerja sama di
bidang ini terbentuk pengolahan suatu progam secaara bersama-sama, seperti:
progam pengembangan ekonomi, progam aksi sosial dan lain-lain
E.
Deklarasi
format profil PMII dalam kongres X 2008PMII di Batam, Riau.
Deklarasi ini merupakan kristalisasi
dari tujuan pergerakan sebagai mana tercantum dalam AD/AR. Yaitu terbentuknya
pribadi muslim Indonesia yang berbudi luhur, berilmu, dan bertaqwa kepada Allah
SWT, cakap serta tanggung jawab dan mengamalkan ilmu pengetahuannya.
Motto PMII
Dzikir, Fikir, Amal sholeh
Tri khidmah PMII
Taqwa, Intelektualitas, Profesionalitas
Tri komitmen PMII
Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan
Eka citradiri PMII
Ulul Albab
Citra diri Ulul Albab dengan Motto Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
Ulul Albab artinya seorang yang selalu haus akan ilmu pengetahuan (olah pikir) dan ia pun tidak pula mengayun dzikir.
Seperti tedapat pada surah Al-Baqoroh:179 yang artinya: “dan dalam hokum Qishos itu ada (jaminan kelangsungan)hidup bagimu, hai Ulul Albab, Supaya kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqoroh:179)
Cita Ulul Albab:
1. Berkesadaran Historisitas-Promodial atas relasi Tuhan-Manusia-Alam
2. Berjiwa optimis-transendental-atas kemampuan mengatasi masalah kehidupan
3. Berfikir secara Dialektis
4. Bersikap kritis
5. Bertindak Transformatif
Format Gerakan PMII
- Format Organ Kader Pergerakan: Kader atau basis
- Format Gerakan Sosial Transformatif
- Format Intelektual dan Pers
- Format Gerakan Ekstra Parlementer
- Format Kebijakan Publik
- Format Gerakan Kebudayaan
- Format Gerakan Profesional-Populis
Motto PMII
Dzikir, Fikir, Amal sholeh
Tri khidmah PMII
Taqwa, Intelektualitas, Profesionalitas
Tri komitmen PMII
Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan
Eka citradiri PMII
Ulul Albab
Citra diri Ulul Albab dengan Motto Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
Ulul Albab artinya seorang yang selalu haus akan ilmu pengetahuan (olah pikir) dan ia pun tidak pula mengayun dzikir.
Seperti tedapat pada surah Al-Baqoroh:179 yang artinya: “dan dalam hokum Qishos itu ada (jaminan kelangsungan)hidup bagimu, hai Ulul Albab, Supaya kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqoroh:179)
Cita Ulul Albab:
1. Berkesadaran Historisitas-Promodial atas relasi Tuhan-Manusia-Alam
2. Berjiwa optimis-transendental-atas kemampuan mengatasi masalah kehidupan
3. Berfikir secara Dialektis
4. Bersikap kritis
5. Bertindak Transformatif
Format Gerakan PMII
- Format Organ Kader Pergerakan: Kader atau basis
- Format Gerakan Sosial Transformatif
- Format Intelektual dan Pers
- Format Gerakan Ekstra Parlementer
- Format Kebijakan Publik
- Format Gerakan Kebudayaan
- Format Gerakan Profesional-Populis
F.
Paradigma
pendidikan kaderisasi
Girouxdan Amawitzsebagaimana di
kutip oleh Mansyur Faqih terdapat aliran besar dalam idiologi pendidikan.
1. Paradigma konservatif (mengapdi pada satu quo)
2. Paradigma Liberal (perubahan yang moderat)
3. Paradigma Fundamental/Kritis (perubahan undamentaltransformational bagi konstruksisoial masyarakat)
1. Paradigma konservatif (mengapdi pada satu quo)
2. Paradigma Liberal (perubahan yang moderat)
3. Paradigma Fundamental/Kritis (perubahan undamentaltransformational bagi konstruksisoial masyarakat)
G. Makna filosofi PMII
Dari makna “pergerakan” yang
terkandung dalam PMII adalah dari hamba (yang senantiyasa bergerak menuju
idealnya) memberikan rahmat bagi alam sekitarnya.
Dalam konteks individual, komunitas maupun organisatoris. Kiprah PMII harus senantiyasa mencermikan pergerakan menuju kondosi yang lebih baik sebagai perwujudan tanggung jawabnya member rahmat pada lingkungan.
“pergerakan” dalam hubungan dengan organisasi mahasiswa menurut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada didalam kualitas kekholifahannya.
Pengertian “mahasiswa yang terkandung dalam PMII” adalah golongan generasi muda untuk membina dan mengembangkan potesi ketuhanan dan kemanusiaanagar gerak ilmu diperguruan tinggi yang mempunyai identitas diri.
Identitas mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religious, insan akademis, insan sosial dan insan mandiri serta identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, tanggung jawab intelektual, tanggung jawab sosial kemasyarakatan dan tanggung jawab individu baik sebagai hamba tuhan maupun sebagai bangsa dan Negara.
Pengertian islam yang terkandung dalam PMII adalah agama sebagai agama yang dipahami dengan paradigm “Ahlussunnah Waljama’ah” yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran islam secara profesional antara iman, islam dan ikhsan yang didalam pola pikir dan pola perilakunya tercermin sifat-sifat seliktif, akomodadis dan intergratif.
Pengertian “Indonesia” yang terkandung dalam PMII masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang mempuyai falsafah dan idiologi bangs (Pancasila) serta UUD1945 dengan kesadaran kesatuan dan ketuhanan bangsa dan negarayang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang di ikat dengan kesadaran wawasan nusantara.
Serta totalitas PMII sebagai organissi merupakan suatu gerakan yang bertujuan melahiran kader-kader yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT dan atas ketaqwaanya kiprah mewujudkan peran ketuhanan membangun masyarakat dan Negara Indonesia menuju suatu tatanan masyarat yang adil dan makmur dalam ampunan dari ridho Allah SWT.
Dalam konteks individual, komunitas maupun organisatoris. Kiprah PMII harus senantiyasa mencermikan pergerakan menuju kondosi yang lebih baik sebagai perwujudan tanggung jawabnya member rahmat pada lingkungan.
“pergerakan” dalam hubungan dengan organisasi mahasiswa menurut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada didalam kualitas kekholifahannya.
Pengertian “mahasiswa yang terkandung dalam PMII” adalah golongan generasi muda untuk membina dan mengembangkan potesi ketuhanan dan kemanusiaanagar gerak ilmu diperguruan tinggi yang mempunyai identitas diri.
Identitas mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religious, insan akademis, insan sosial dan insan mandiri serta identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, tanggung jawab intelektual, tanggung jawab sosial kemasyarakatan dan tanggung jawab individu baik sebagai hamba tuhan maupun sebagai bangsa dan Negara.
Pengertian islam yang terkandung dalam PMII adalah agama sebagai agama yang dipahami dengan paradigm “Ahlussunnah Waljama’ah” yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran islam secara profesional antara iman, islam dan ikhsan yang didalam pola pikir dan pola perilakunya tercermin sifat-sifat seliktif, akomodadis dan intergratif.
Pengertian “Indonesia” yang terkandung dalam PMII masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang mempuyai falsafah dan idiologi bangs (Pancasila) serta UUD1945 dengan kesadaran kesatuan dan ketuhanan bangsa dan negarayang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang di ikat dengan kesadaran wawasan nusantara.
Serta totalitas PMII sebagai organissi merupakan suatu gerakan yang bertujuan melahiran kader-kader yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT dan atas ketaqwaanya kiprah mewujudkan peran ketuhanan membangun masyarakat dan Negara Indonesia menuju suatu tatanan masyarat yang adil dan makmur dalam ampunan dari ridho Allah SWT.
H. Atribut gerakan PMII
Atribut geraknan PMII meruoakan
sebuah simbol yang memiliki kerahasiaan yang perlu di gali karena hal ini
perlu kami ulas dan kami sampaikan kepada kader, agar nantinya kader mampu
memhami atribut gerak PMII hanya sekedar embuh ora weruh? Ini merupakan
pertanyaan yang yang tidak mungkin kita aplikasikan, baik di sengaja maupun
tidak di sengaja.
Adapun atribut PMII antara lain:
·
Lambang PMII
·
Lambing yang seperti digunakan pada
bendera, jaket, bagdel, vandal, logo PMII dan benda atau tempat-tempat dengan
tujuan menggunakan identitas PMII.
·
Bendera PMII
·
Mars PMII
I.
Pilihan Gerakan PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) merupakan organisasi yang pengkaderannya bukan hanya sekedar organisasi
masa seperti organisasi lainya. Meskipun PMII memiliki anggota atau kader
yang sangat banyak tidak dapat disebut ORMAS (Organisasi Massa) karena tanah
pijakan PMII melangkah kesana. Ternyata PMII memiliki kemampuan yang lebih
disbanding yang lain. Sama juga artinya ketika anda masuk dan mendaftarkan diri
untuk menjadi kader atau anggota tentunya anda dihadapkan dengan beberapa
pilihan-pilihan yang berbeda, sudah di singgung bahwa PMII memiliki nlai lebih
yang mungkin tidak di miliki organisasi lain. Adapun nilai lebih yang dimiliki,
antara lain:
1.
Aswaja (Ahlussunnah Waljama’ah)
sebagai manhaj al lfiqr disamping sebagai pijakan berfikir, Aswaja merupakan
atau pilihan yang sangat mengena di setiap kader, ha ini dikarenakan Aswaja
merupakan ikatan Kultural Idiologi NU buka secara Struktural.
2.
NDP (Nilai Dasar Pergerakan) menjadi
sumber kekuatan ideal moral dari aktifitas pergerakan, pusat argumentasi dan
pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap dan bertindak dalam
aktifitas pegerakan. Adapun rumusan nilai-nilainya, antara lain: Tauhid,
Hubungan manusia dengan Allah, Hubungan manusia dengan manusia dan Hubungan
manusia dengan alam.
3.
Paradigma Kritis Transformatif Paradigma dalam masyarakat PMII dapat dirumuskan sebagai titik pijak untuk
menentukan cara pandang, meyusun sebuah teori, mennyusun sebuah pertanyaan dan
membuat suatu rumusan mengenai suatu masalah melihat realitas yang ada di
masyarakat dan sesuai dengan tuntunan kedaan masyarakat PMII baik secara
Sosiologis, Politis dan Antropologis maka PMII menjadi paradigm Kritis
Transformatif sebagai pijakan gerakan organisasi dalam mewujutkan transformasi
social PMII bukan hanya berpijak dengan paradigm kritis saja. Mengapa demikian?
Karena pradigma kritis hanya mampu melakukan analisis tetepi tidak mampu
melakukan organizing menjembatani dan melakukan perubahan social. Karenanya,
paradigma kritis yang digunakan di PMII adalah kritik yang mampu mewujutkan
perubahan sehingga menjadi paradigm Kritis Transformatif. Dalam hal ini
paradigm Kritis Transformatif dituntut untuk memiliki instrument-instrumen
gerak yang biasa digunakan oleh masyarakat PMII.
J.
Struktur dan Proses pengkaderan PMII
Struktur PMII dari pusat atau
wilayah sampai ruang terkecil, terdiri dari:
1. PB (Pengurus Besar)
1. PB (Pengurus Besar)
2. Pengurus
Kordianator cabang
3. Pengurus Cabang
3. Pengurus
Komisariat
4. Pengurus Rayon Pendidikan/proses pengakaderan Formal PMII, antara lain:
a) MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru)
b) PKD (Pelatihan
Kader Dasar)
c) PKL (Pelatihan
Kader Lanjutan)
Untuk ketiga ini merupakan jenjang
yang harus ditempuh sebai kader PMII karena ini nantinya berpengaruh pada
struktural pengurus PMII, untuk dapat mencapai itu diperlukan pendidikan
informal dan nonformal.
K. Penutup
Salam pergekan terkepal dan maju kemuka, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi sahabat-sahabati semua. Sehingga nantinya pasca MAPABA ini dapat memahami dan memang telah menjadi pilihan prioritas sahabat-sahabati semua untuk masuk PMII. Selamat bergabung di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Salam pergekan terkepal dan maju kemuka, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi sahabat-sahabati semua. Sehingga nantinya pasca MAPABA ini dapat memahami dan memang telah menjadi pilihan prioritas sahabat-sahabati semua untuk masuk PMII. Selamat bergabung di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Setitik embun di ujung daun Memberi kesejukan tiada tara
Membaktikan diri pada ranah pergerakanb Mencipta manusia berilmu, beriman dan bertaqwa Jadilah insan pergerakan sejati
Membaktikan diri pada ranah pergerakanb Mencipta manusia berilmu, beriman dan bertaqwa Jadilah insan pergerakan sejati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar